JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana The Fed melakukan tapering di akhir tahun 2021 sudah diantisipasi oleh pasar dan tidak menimbulkan gejolak.
Positifnya, The Fed dengan jelas menyampaikan, belum ada rencana kenaikan suku bunga, setidaknya hingga proses tapering berakhir.
Senior Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Syuhada Arief mengungkapkan, kondisi pasar obligasi global dan domestik relatif stabil pasca pengumuman tapering The Fed.
Baca juga: Menilik Peluang Investasi di Pasar Obligasi dan Saham Setelah The Fed Tapering
Imbal hasil US Treasury 10 tahun stabil pada kisaran 1,5 persen hingga 1,6 persen dan obligasi pemerintah Indonesia 10 tahun stabil di kisaran 6 persen.
“Komunikasi ini memberikan kejelasan bagi pasar bahwa suku bunga akan tetap pada level akomodatif,” kata Syuhada melalui siaran pers, Sabtu (27/11/2021).
Syuhada mengatakan, pergerakan suku bunga Bank Indonesia akan lebih dipengaruhi oleh perkembangan dinamika domestik.
Menurut dia, Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk menjaga suku bunga pada level akomodatif.
Berbeda dengan negara lain yang inflasinya melonjak, di Indonesia tekanan inflasi masih rendah, pada level 1,66 persen YoY per Oktober, sehingga belum ada tekanan bagi Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga.
Baca juga: Menghadapi Fed Tapering, Investor Perlu Lakukan Ini
Selain itu tingkat defisit transaksi berjalan Indonesia saat ini pada level yang rendah didukung oleh harga komoditas dan neraca perdagangan yang suportif, sehingga memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk tetap akomodatif.
“Risiko terhadap pandangan ini adalah perubahan pada kebijakan The Fed. Asumsi dasar kami adalah The Fed akan tetap gradual dalam melakukan perubahan kebijakan. Selain itu kami melihat walaupun The Fed melakukan tapering, imbal hasil US Treasury tidak akan bergerak terlalu liar naik,” jelas dia.
Ini terjadi akibat akan adanya keseimbangan supply dan demand imbal hasil obligasi global di mana berdasarkan data Bloomberg, secara total terdapat 13,29 triliun dollar AS obligasi global (baik itu obligasi pemerintah maupun korporasi) yang memiliki imbal hasil negatif.
Hal tersebut berarti hampir seperlima dari keseluruhan obligasi global memiliki imbal hasil negatif.
Lalu, bagaimana dengan daya tarik utama pasar obligasi di dalam negeri?
Baca juga: The Fed Umumkan Tapering, Bagaimana Dampaknya ke Pasar Indonesia?
Menurut Syuhada, daya tarik utama pasar obligasi Indonesia saat ini adalah tidak adanya supply atau penawaran baru dari obligasi pemerintah melalui mekanisme lelang Kemenkeu sampai akhir tahun.
Selain itu, pasar obligasi Indonesia didukung oleh dinamika pasar domestik yang suportif.