Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Mata Uang China Laris Manis dan Resmi Berlaku di Era Majapahit

Kompas.com - 27/11/2021, 19:50 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Mata uang China pernah mewarnai pasang surut sistem moneter di Nusantara sejak sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Nusantara.

Informasi ini penting bagi yang kerap menyimpan pertanyaan terkait uang gobog China, termasuk tentang sejarah uang gobog Majapahit.

Apakah sebab Kerajaan Majapahit mengeluarkan mata uang kepeng dan gobog? Jawaban atas pertanyaan itu coba diulas melalui artikel ini.

Baca juga: Bukan BI, Ini Bank Sentral Pertama Setelah Indonesia Merdeka

Supratikno Rahardjo dalam bukunya berjudul ‘Peradaban Jawa Kuno - Dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir” yang diterbitkan tahun 2011 mengungkap penjelasan terkait sistem moneter di era kerajaan Majapahit.

Sistem moneter di Jawa pada masa kerajaan menurut Supratikno Rahardjo mengalami pasang surut, termasuk sejak belum memasuki era Majapahit.

Dia menjelaskan, penggunaan mata uang, khususnya perak, sebagai alat tukar telah dikenal di Jawa sejak akhir abad ke-8.

“Sumber prasasti dari akhir abad ke-9 hingga awal abad ke-10 mengindikasikan bahwa mata uang perak dan juga emas telah umum digunakan sebagai alat tukar di Jawa,” tulisnya, dikutip Kompas.com pada Sabtu (27/11/2021).

Baca juga: BI Ungkap Fakta di Balik Uang Koin Emas Rp 150.000 Tahun 1999

Datangnya mata uang China ke Nusantara

Lebih lanjut, jenis mata uang baru, yakni mata uang tembaga dari China, mulai digunakan secara terbatas pada akhir abad ke-10.

Bersamaan dengan semakin meningkatnya perdagangan swasta dengan China antara abad ke-11 dan awal abad ke-14, didatangkan lagi mata uang China baru.

Mata uang baru ini dibuat pada abad ke-11 yang kemudian dikenal dengan sebutan picis. Mata uang picis kerap juga disebut sebagai uang gobog China.

Penyusutan hubungan dagang dengan China yang berlangsung sesudah periode tersebut, yakni hampir selama abad ke-14, ternyata tidak memberi pengaruh besar di bidang moneter di Jawa.

Baca juga: Ini Uang Koin Termahal, Kepingan Rp 850.000 Gambar Pak Harto

Pada saat itu, bersamaan dengan masa keemasan Majapahit, pedagang Jawa menggantikan dominasi China dalam perdagangan di wilayah Asia Tenggara.

Pada periode itu pula mata uang China digunakan secara resmi dalam pemerintahan Majapahit, di samping mata uang tiruannya serta mata uang lokal jenis baru yang dikenal dengan kepeng dan gobog Majapahit.

Dari sinilah sejarah uang gobog Majapahit bermula, yang berlaku bersamaan dengan diakuinya uang gobog China.

Dengan begitu, mata uang yang digunakan pada masa kerajaan Majapahit yaitu gobog China di samping mata uang tiruannya serta mata uang lokal jenis baru yang dikenal dengan kepeng dan gobog Majapahit.

Baca juga: Jejak Bandara Internasional Pertama Indonesia di Kemayoran

Uang gobog China laris manis di Jawa

Dari ulasan tersebut, bisa dibilang penggunaan mata uang kepeng dan gobog disebabkan adanya peredaran mata uang gobog China di Jawa.

Buktinya, penggunaan mata uang China ini tampaknya menggantikan sistem moneter asli yang sebelumnya berlaku.

“Tanda-tanda ini tercermin dari menghilangnya penggunaan mata uang emas dan perak yang menggunakan satuan masa,” tulis Supratikno Rahardjo.

Tak berhenti di situ, sesudah tahun 1400 hingga 1520 kembali mata uang China baru memasuki Jawa bersamaan dengan pulihnya kembali hubungan dagang dengan China.

Baca juga: Mengapa Negara Singapura Lebih Berfokus pada Perdagangan dan Industri?

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa pada masa Majapahit muncul kecenderungan baru yang tidak dikenal sebelumnya, yakni munculnya kebiasaan menabung uang logam China pada celengan-celengan dalam berbagai bentuk dan ukuran, khususnya di pusat kota.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com