Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepenggal Cerita Petani Tembakau, dari Warisan hingga Cinta...

Kompas.com - 01/12/2021, 20:05 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Hal yang sama diakui Alhairi. Ia mengatakan, banyak mendapatkan ilmu baru setelah bergabung menjadi petani mitra. “Soal mesin-mesin dulu kan tidak tahu. Petani mitra ada subsidi mesin,” ujar dia.

Memberikan bekal pengetahuan, kebutuhan bertani, dan dukungan teknis melalui perlengkapan yang lebih modern merupakan bagian dari komponen utama Sistem Produksi Terpadu.

Tujuannya, melatih para petani untuk memproduksi bertanam tembakau secara produktif, dan efisien, serta kompetitif dengan cara yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Petani juga diedukasi dan dibekali alat perlindungan diri saat bertani.

Jumari menyebutkan, petani mitra mendapatkan celana panjang, sepatu boot, sarung tangan, masker, dan kaca mata. Perlengkapan ini bagian dari alat perlindungan diri saat melakukan aktivitas pertanian.

“Untuk menyemprot tembakau pakai pelindung itu. Sebelum jadi petani mitra, pakai baju senyamannya saja,” kata Jumari.

Melalui program kemitraan Sistem Produksi Terpadu, petani, pemasok, dan pabrikan, sama-sama mendapatkan manfaat.

Bagi petani, mereka akan mendapatkan pendapatan bersih yang lebih tinggi karena produksi dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, bisa mendapatkan akses pembelian yang jelas dan terjamin langsung ke tempat pembelian. Sementara, pabrikan mendapatkan manfaat pasokan tembakau yang berkesinambungan, serta dan integritas produk dan kualitas tembakau.

Baca juga: Cukai Rokok Bakal Naik, Bagaimana Dampaknya ke Petani Tembakau?

Baik Mursidi, Jumari, dan Alhairi mengaku, penghasilan yang mereka dapatkan sejak menjadi petani mitra kini lebih baik.

Lahan yang dimiliki Alhairi bertambah luas, sekitar 3 hektar. Selain itu, ia mempekerjakan 10 orang tetangganya untuk membantu bertanam tembakau sehingga bisa mendorong perekonomian di lingkungan sekitarnya. Alhairi juga bisa menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan tinggi.

Demikian pula Mursidi. Anak sulungnya tengah menempuh pendidikan di salah satu politeknik di Surabaya. Bahkan, Mursidi mengaku bisa membangun rumah sendiri. “Saya sudah bisa bikin rumah sendiri. Anak tiga, yang satu sudah kuliah. Hasilnya dari tembakau, dan bisa menabung,” tutur Mursidi.

Sama seperti Alhairi, Mursidi mengaku lahan yang dimilikinya kini bertambah luas sehingga ia bisa mempekerjakan lebih banyak orang. Ada 12 orang yang saat ini membantunya bertani tembakau.

Baca juga: HM Sampoerna Investasi Rp 2,4 Triliun Bangun Fasilitas Produksi Tembakau di Karawang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com