Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Proyek-proyek Pertamina untuk Dukung Transisi Energi

Kompas.com - 02/12/2021, 19:26 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) telah melakukan sejumlah langkah untuk mendukung pelaksanaan peta jalan transisi energi. Salah satunya melalui pengembangan bahan bakar nabati (BBN). 

"Keseluruhan proyek pengembangan BBN ini merupakan bagian dari upaya Pertamina menghadapi transisi energi yang dampaknya berpotensi mengurangi impor minyak," kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman dalam siaran pers, Kamis (2/12/2021).

Pertamina mengatakan setelah mengimplementasikan B30 pada 2019, pihaknya mengolah Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) 100 persen yang menghasilkan produk Green Diesel (D-100) di Kilang Dumai dan ditargetkan rampung pada 2022.

Baca juga: Produksi Migas Pertamina Hulu Mahakam Moncer, Ini Rahasianya

Selain itu, Pertamina juga memproduksi Bioavtur J2.4, energi bersih berbasis bahan bakar nabati (BBN) untuk moda transportasi udara.

Saat ini, BUMN migas tersebut sedang melaksanakan eksekusi revamp TDHT pada proyek Standalone Biorefinery Phase 1 di Kilang Cilacap. Proyek ini ditargetkan rampung pada 10 Desember 2021 dan lanjut tahap II pada tahun 2023.

Dengan rampungnya proyek itu, Kilang Cilacap akan memproduksi Biodiesel HVO (D100) dengan kapasitas 3.000 barel per hari (kbpd) dari Feed Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).

Fajriyah mengatakan Pertamina juga sedang mengembangkan Green Hydrogen dan Blue Hydrogen yang pilot project-nya akan dimulai di lingkungan operasi. PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menargetkan dapat memproduksi 8.600 kg per hari Green Hydrogen dari seluruh Wilayah Kerja Geothermal Pertamina.

Baca juga: AC Ventures Tutup Pendanaan Fund III Senilai Rp 3 Triliun

Sementara itu. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sedang menyiapkan proyek mengembangan Blue Hydrogen dari proses elektrolisa air dengan sumber energi listrik yang tersertifikasi hijau, menggantikan proses produksi hydrogen konvensional yang mengubah gas alam.

“Melalui proyek tersebut, Pertamina dapat mengurangi jejak karbon dalam pembuatan hydrogen. Sehingga, dengan adanya Blue Hydrogen, maka lini bisnis pengolahan Pertamina juga dapat berkontribusi dalam mereduksi emisi saat operasi dikarenakan sumber hydrogen yang digunakan lebih lebih ramah lingkungan,” kata Fajriyah.

Tak hanya itu, Pertamina juga mengaku sedang melakukan pengembangan Dimethyl Ether (DME) yang bersumber dari batu bara. Melalui sinergi PT Bukit Asam dan Air Product Chemicals, Inc (APCI), Pertamina akan mulai menjalankan pilot project pengembangan DME di Tanjung Enim.

Sementara itu, untuk pembangkit listrik berbasis energi baru, Pertamina mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dan Pembangkit Listrik Tenaga Biomass (PLTBm) dengan total kapasitas 153 MW yang ditargetkan selesai 2026.

Pertamina juga mengembangkan proyek pembuatan baterai dan penyimpanan (storage) dan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

“Kami memiliki komitmen yang kuat dalam mendukung program pemerintah dalam rangka mewujudkan energi bersih dengan memanfaatkan sumber energi dalam negeri serta fokus menuntaskan proyek demi proyek secara berkelanjutan agar dapat menyediakan energi yang cukup di masa depan,” ujar Fajriyah.

Baca juga: Minyak Sawit Dinilai Bisa Menjadi Solusi Krisis Energi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com