Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Said Abdullah
Ketua Badan Anggaran DPR-RI

Ketua Badan Anggaran DPR-RI. Politisi Partai Demoraksi Indonesia Perjuangan.

Mengejar Target Pertumbuhan Ekonomi 2021

Kompas.com - 03/12/2021, 05:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA kuartal III 2021 kita menduga pertumbuhan ekonomi akan mengalami kontraksi kembali, mengingat pada Juli-Agustus 2021 Indonesia pada pada puncak kasus Covid-19. Pemerintah saat itu memberlakukan pembatasan sosial secara ketat. Kita memperkirakan, pembatasan sosial itu kembali akan memukul sektor riil seperti pada kuartal II – IV 2020.

Kita patut bersyukur pada kuartal III 2021 pertumbuhan ekonomi masih masuk zona positif, tumbuh 1,55 persen dibanding kuartal II 2021, dan 3,51 persen dibanding kuartal III 2020. Sehingga ekonomi kita secara akumulatif tumbuh 3,24 persen selama tiga kuartal ini.

Meskipun ekonomi Indonesia tumbuh 3,24 persen, namun kita belum merasa aman dengan situasi sekarang. Kita bertahap ekonomi Indonesia secara akumulatif bisa tumbuh minimal 4 persen pada tahun 2021. Modal 4 persenan ini sebagai jembatan kita untuk mencapai pertumbuhan ekonomi minimal 5,2 persen sesuai target APBN 2022.

Bila realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2021 dengan target pertumbuhan ekonomi tahun 2022 rentangnya jauh, maka pemerintah akan lebih berat merealisasikan target pertumbuhan ekonomi 2022.

Apalagi APBN tahun 2022 disusun dengan perencanaan defisit yang lebih rendah daripada tahun 2021. Langkah itu sebagai transisi kita kembali ke defisit dibawah 3 persen PDB pada tahun 2023.

Defisit APBN tahun 2022 direncanakan 4,85 persen PDB setara Rp 868 triliun, lebih rendah dibanding tahun 2021 yang direncanakan sebesar 5,7 persen setara Rp 1.006,4 triliun. Namun pemerintah memperkirakan realisasi defisit tahun ini mencapai 5,82 persen PDB. Dengan modal pertumbuhan 4 persenan tahun ini, maka langkah pemerintah lebih ringan mencapai target defisit tahun depan.

Baca juga: Ekonomi Indonesia Kuartal III 2021 Tumbuh 3,51 Persen

Ancaman laten yang berpotensi mengoreksi pertumbuhan ekonomi kita di sisa waktu tahun 2021 di antaranya naiknya positive rate Covid-19. Varian delta plus yang memiliki daya tular lebih cepat 15 persen, dan mulai menurunnya kedisplinan masyarakat terhadap protokol kesehatan merupakan faktor potensial penyumbang naiknya angka Covid-19.

Saya berharap Satgas Covid-19, terutama di daerah dan desa tidak kendor melakukan operasi penegakkan disiplin prokes. Pemerintah pusat juga tidak kendor melakukan screening prokes terhadap mobilitas orang dan barang di pintu pintu kedatangan internasional, baik pelabuhan maupun bandara.

Tekanan inflasi yang melanda China juga harus kita waspadai. Kontribusi Negeri Tirai Bambu itu terhadap PDB global sebesar 14,5 persen sangat penting bagi kelangsungan rantai pasok berbagai negara.

China menjadi negara tujuan ekspor dan impor Indonesia terbesar. Ekspor kita ke China terus meningkat, bahkan tahun lalu, saat ekonomi kita mengalami resesi, ekspor Indonesia ke China meningkat jauh dibanding tahun 2019. Nilai ekspor kita ke China tahun 2020 mencapai 31,7 miliar dollar AS, lebih tinggi dibanding tahun 2019 sebesar 27,96 miliar dollar AS.

Nilai impor Indonesia terhadap China malah jauh lebih besar, meskipun mengalami tren penurunan. Nilai impor kita dari China tahun 2018 sebesar 45,5 miliar dollar AS, tahun 2019 turun menjadi 44,9 miliar dollar AS, tahun 2020 kembali turun ke posisi 39,6 miliar dollar AS.

Tingginya transaksi perdagangan dengan China ini harus kita waspadai, mengingat saat ini negara itu mengalami krisis properti, sayuran, pasokan energi yang mengibatkan lonjakan inflasi hingga 13,5 persen dari indeks harga produsen sejak 26 tahun lalu. Ditambah naiknya angka pandemi Covid-19, situasi di China bulan lalu sempat menimbulkan panic buying.

Menyiapkan langkah

Mencermati data BPS tentang postur ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun 2021 ini, saya melihat belum ada lompatan yang berarti terhadap tingkat Konsumsi Rumah Tangga (KRK). Kontribusi KRK terhadap PDB kita sangat besar, tahun lalu mencapai 57 persen PDB, pada kuartal III 2021 mencapai 53 persen PDB. Meskipun sebagai kontributor terbesar terhadap PDB, KRK selama tiga kuartal di tahun 2021 ini hanya menyumbang 0,55 persen pertumbuhan.

Situasi inilah yang harus menjadi pusat perhatian pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kita. Meskipun segenap amunisi telah ditembakkan oleh pemerintah, khususnya melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sejak tahun lalu, namun segenap sinyal seperti; pertumbuhan kredit di bank umum yang tak kunjung membaik, pada semester I 2021 hanya tumbuh 0,50 persen, angka inflasi dikisaran 1 persenan, bahkan inflasi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau malah menurun di empat bulan terakhir, dari 1,89 persen di Mei 2021 menjadi 0,99 persen pada Agustus 2021.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com