Rendahnya kesadaran terhadap kesehatan ditunjukkan dengan 29 persen masyarakat Indonesia yang masih tidak memiliki akses layak terhadap layanan sanitasi dasar. Hal ini menyebabkan angka kematian yang lebih tinggi disebabkan oleh air, sanitasi, dan kebersihan yang buruk, yang mengakibatkan 7,1 kematian per 100.000 pada penduduk di tahun 2016.
Salah satu akar masalah dari fenomena ini adalah kurangnya edukasi mengenai kesehatan. Akibatnya, terdapat kesenjangan angka harapan hidup sebesar 15 tahun antara penduduk desa dan kota, yang menunjukkan kontribusi tantangan geografis pada akses layanan kesehatan di negara kepulauan seperti Indonesia.
2. Persebaran tenaga medis yang tidak merata dapat menghambat pertumbuhan klinik atau rumah sakit
Indonesia hanya memiliki 0,36 dokter per 1.000 penduduk, jumlah ini masih di bawah standar minimal 1 dokter per 1.000 penduduk yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Dengan distribusi 56 persen total penduduk Indonesia berdomisili di Pulau Jawa, tidak mengherankan lantas apabila sebagian besar dokter Indonesia juga berbasis di Pulau Jawa. Oleh karena itu, dokter lebih mempertimbangkan untuk mendapatkan izin bekerja di pulau Jawa atau Sumatera. Hal ini semakin mengukuhkan fakta ketidakmerataan infrastruktur dan pembangunan ekonomi dengan daerah lain di Indonesia.
Situasi ini diperparah dengan dibatalkannya Peraturan Presiden No.4/2017 oleh Pemerintah; peraturan tersebut menyatakan bahwa dokter spesialis harus bekerja (pasca tamat) di daerah tertinggal. Akibatnya, distribusi antar dokter spesialis semakin tidak merata. Namun, sebagai langkah cepat, pemerintah telah menyiapkan Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2019 yang mengizinkan dokter spesialis bekerja secara sukarela di daerah tertinggal, dengan insentif tertentu dari pemerintah.
3. Layanan kesehatan menjadi lebih mahal, terutama untuk kelompok berpenghasilan menengah dan ke bawah
Biaya pelayanan kesehatan (rumah sakit, dokter spesialis, dan dokter umum) telah meningkat sekitar 9-12,5 persen per tahun dari 2015 hingga 2018. Namun, pertumbuhan disposable income yang lebih lambat di periode ini menyebabkan layanan kesehatan menjadi kurang terjangkau, terutama bagi kelompok berpenghasilan menengah dan ke bawah.
Program kesehatan umum pemerintah, yaitu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), juga menghadapi situasi yang menantang. Sejak diluncurkan pada 2014, JKN mencatat defisit setiap tahunnya; dengan total Rp 32,84 triliun. Penyebab utama hal ini adalah harga premi yang rendah ditambah dengan fakta bahwa hanya 50 persen dari pengguna independen yang membayarkan premi mereka.
Ditambah dengan sistem pembayaran berdasarkan pelayanan (fee for service) yang berlaku di berbagai fasilitas kesehatan. Fee for service adalah metode pembayaran pelayanan rumah sakit yang berjenis retrospektif, dimana pembayaran ditetapkan setelah diberikannya layanan kesehatan. Dengan sistem pentarifan seperti ini, pihak penyedia layanan kesehatan dianggap meningkatkan pendapatan melalui berbagai macam pelayanan kepada pasien (Naoki Ikegami, 2015). Sehingga, berpotensi memicu terjadinya pemeriksaan yang berlebihan (over treatment), peresepan obat yang berlebihan (over prescription), dan penggunaan alat pemeriksaan yang berlebihan (over utility).
Teknologi digital dapat menjadi penunjang untuk memberikan akses layanan kesehatan yang lebih baik, serta memperkuat ekonomi pelayanan kesehatan di Indonesia. Aplikasi digital akan berkembang dari waktu ke waktu dalam meningkatkan akses, kualitas, dan menurunkan biaya pelayanan kesehatan agar dapat dijangkau lebih banyak pihak.
Dengan menggunakan teknologi digital, proses pelayanan kesehatan yang ada dapat menjadi lebih efisien dan efektif. Ini akan mempengaruhi biaya dan sebagai hasilnya, akses ke masyarakat yang luas.
Tidak hanya itu, teknologi digital juga dapat memberikan solusi layanan kesehatan yang efektif dan efisien tanpa mengurangi pengalaman yang mengutamakan pasien. Sehingga, dengan adanya perkembangan teknologi digital di bidang kesehatan, permasalahan seperti kurangnya informasi kesehatan, keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan, dan tingginya biaya kesehatan menjadi dapat diatasi.
Hal itu tentu menciptakan peluang-peluang bagi pelaku usaha untuk mengembangkan solusi yang bisa menjawab permasalahan di industri kesehatan di Indonesia.
Peran teknologi dalam mendorong tren hidup sehat
Rendahnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dapat ditingkatkan dengan memberikan edukasi terkait kesehatan atau pengingat mengenai parameter gaya hidup sehat melalui teknologi.