Adapun usaha pelabuhan masih akan fluktuatif tahun depan. Ada dua faktor yang mempengaruhi outlook sektor ini: perkembangan Covid-19 dan respons China terhadapnya.
Bila pandemi belum usai, apalagi bila varian Omicron yang terus mengganas, lalu satu-dua pekerja pelabuhan atau yang lainnya terjangkit Omicron di China, dapat dipastikan sektor pelabuhan internasional akan terdampak.
Pasalnya, China dipastikan akan me-lockdown pelabuhan atau wilayah terdampak.
Negeri Tirai Bambu itu memang dikenal keras melawan Covid-19. Mereka menerapkan kebijakan zero tolerance terhadap wabah tersebut.
Pokoknya tutup pelabuhan atau wilayah bila terjangkit. Sabodo amat soal ekonomi.
Masalahnya, China merupakan negara pelabuhan yang menjadi tujuan semua main line operator (operator pelayaran peti kemas global) dan operator pelayaran lainnya.
Bila pelabuhan-pelabuhannya ditutup karena wabah, bisa ambyar bisnis mereka.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Karena bisnis maritim itu melintasi batas-batas territorial negara, jelas sektor bisnis yang sama terdampak.
Tetapi sepertinya tidak akan banyak berpengaruh karena pelayaran peti kemas kita, misalnya, hanya feeder di kawasan.
Tidak ada yang berlayar jauh. Kalau di dalam negeri, so-so lah. Sedang bisnis pelabuhan kita masih dalam tahap konsolidasi setelah dimerger.
Jadi mesti menunggu dulu. Untuk galangan nasional diramalkan masih akan tersengal, bahkan bisa jadi makin parah. Entahlah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.