Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Saham BUKA, Ini Buka-bukaan CEO Bukalapak

Kompas.com - 07/12/2021, 07:37 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Harga saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) terus menujukkan penurunaan sejak listing di Bursa Efek Indonesia 6 Agustus 2021 lalu. Dari harga IPO awal Rp 850 per saham, kini BUKA mengalami penurunan di level Rp 456 per saham atau hamper separuh dari harga IPO.

Berdasarkan data RTI, dalam tiga bulan, harga saham BUKA sudah turun 49,05 persen, sepekan turun 20 persen, dan pada perdagangan Senin (6/12/2021) turun 6,9 persen atau masuk radar Auto Reject Bawah (ARB).

Chief Executive Officer atau CEO Bukalapak  Rachmat Kaimuddin mengatakan, berinvestasi di perusahaan teknologi memang membutuhkan waktu. Di sisi lain, pihaknya terus berupaya untuk bertumbuh, dan tentunya mengurangi kerugian.

Baca juga: Pendapatan Melesat, Rugi Bersih Bukalapak Menyusut

“Kita punya cash balance yang baik dan sehat, sehingga kita yakin dapat bertahan dalam waktu yang lama dalam menghadapi fluktuasi. Sisanya bergantung pada mekanisme pasar, kalau mekanisme pasar itu diluar kendali perusahaan. Kendali perusahaan adalah bagaimana untuk terus memberikan dan meningkatkan kinerja,” kata Rachmat saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (6/12/2021).

Rachmat mengakui, harga saham BUKA saat IPO dibandingkan dengan saat ini memang masih mencatatkan kergian, hanya saja ia memastikan perusahaan akan tetap bertumbuh di masa depan. Hal ini dibuktikan dari kinerja tahun 2018, 2019, dan 2020, perusahaan berupaya mengurangi angka kerugian.

“Secara angka saat IPO, kita masih rugi, dan ke depan juga mungkin masih rugi. Tapi kita mencoba mengurangi kerugian yang kita buktikan di tahun 2018, 2019, dan 2020, dan angka terakhir juga rugi kita makin lama makin berkurang, sementara bisnis kita masih bertumbuh. Kalau di Indonesia hal seperti ini masih baru, kalau di luar negeri ini sudah biasa, dan memang ini harus kita jelasin ke market,” ungkap dia.

Rachmat menambahkan, apa yang terjadi saat ini juga merupakan hal yan wajar. Menurut dia, Bukalapak merupakan perusahaan teknologi yang unik, dimana perusahaan tidak hanya fokus pada online marketplace tapi juga ada program lain, seperti platform Mitra Bukalapak untuk pedagang kecil yang masih offline agar terdigitalisasi.

“Ini merupakan sesuatu yang berbeda, dan BUKA itu masih tumbuh dan masih berinvestasi untuk pengembangan usahanya. Sehingga keliatan dari sisi laporan keuangannya sangat berbeda dengan perusahan tradisional di capital market,” tambah dia.

Dia mencontohnya, jika perusahaan membuat gedung atau infrastruktur, maka hal tersebut bisa dicatatkan sebagai aset. Berbeda dengan perusahaan teknologi, yang mana infrastrukturnya berbentuk gigital, yang dicatatkan sebagai biaya.

Baca juga: Lewat Fitur Ini, Mitra Bukalapak Bisa Jadi Agen Logistik SiCepat Ekspress hingga Grab

“Perbedaan inilah, yang kadang belum bisa dipahami, dan harus dijelasin berulang-ulang. Dan harus diingat juga BUKA ini baru 4 bulan listing. Tapi kita terus tunjukin perform akita meningkat terus dan rugi kita menurun,” tegas dia.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III tahun 2021, Bukalapak masih membukukan kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 1,12 triliun atau membaik disbanding periode sama tahun lalu Rp 1,39 triliun.

Pada kuartal III tahun ini, Bukalapak juga mencatatkan pendapatan bersih senilai Rp 1,34 triliun, atau naik 42,09 persen dari periode yang sama di tahun lalu, Rp 948,43 miliar.

Sememtara itu, total processing value (TPV) tumbuh 45 persen menjadi Rp 31,2 triliun pada kuartal III tahun 2021 atau tumbuh hingga 51 persen menjadi Rp 87,9 triliun dari Januari hingga September 2021.

Baca juga: Saham Bukalapak Makin Anjlok, Kenapa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com