JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, melakukan transisi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) membutuhkan biaya yang sangat besar.
Setidaknya dibutuhkan Rp 3.500 triliun untuk mencapai target net zero emission (NZE).
Seperti diketahui, Indonesia menargetkan bisa mencapai nol emisi karbon atau NZE pada 2060.
Baca juga: Sah, Pertamina Hulu Energi Kuasai 51 Persen Saham Elnusa
Dalam peta jalan untuk mencapai itu, ditargetkan terjadi penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen-41 persen pada 2030.
Ia mengungkapkan, berdasarkan penghitungan yang dilakukan, kebutuhan biaya untuk mencapai target penurunan emisi karbon di Indonesia, terbesar ada pada sektor energi.
Sektor ini memang menyumbang karbon dioksida (CO2) atau emisi karbon.
"Sektor energi itu untuk bisa berkontribusi menurunkan 3/4 atau sekitar 450 juta ton ekuivalen CO2, biaya yang dibutuhkan untuk menurunkan itu mencapai Rp 3.500 triliun," kata Sri Mulyani dalam Pertamina Energy Webinar 2021, Selasa (7/12/2021).
Ia menjelaskan, energi memang menjadi sektor yang paling mahal dan memakan biaya dalam operasionalnya.
Baca juga: Ini Proyek-proyek Pertamina untuk Dukung Transisi Energi
Meski demikian, sektor energi sangat penting bagi masyarakat dan menjadi salah satu yang berperan besar dalam penurunan emisi karbon.
Menurut Bendahara Negara itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan mahalnya transisi energi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.