Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Berteman" dengan Lebah, Slamet Suryadi Raup Omzet Rp 30 Juta Per Bulan

Kompas.com - 13/12/2021, 14:43 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

KOMPAS.com - Bagi sejumlah petani, lebah terkadang dianggap sebagai musuh. Sehingga keberadaan lebah di lahan pertanian dan perkebunan kerap dianggap berbahaya sehingga harus diusir.

Padahal, lebah bukanlah tawon yang memang kerap membahayakan karena sengatnya. Justru, kehadiran lebah bisa memberikan berkah karena madu yang dihasilkan.

Pun, keberadaan hewan jenis serangga ini juga menjadi indikator bahwa kondisi lingkungan memang lestari sehingga mendukung lebah bisa mendapatkan madu dari tanaman yang ada di sekitarnya.

Baca juga: Menko Airlangga: UMKM Jadi Penyangga dalam Berbagai Krisis Ekonomi

Kondisi inilah yang disadari oleh Slamet Suryadi (33) pemilik peternakan lebah Takoma di Sait Butt Saribu, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Dia berkisah, sebelum menjalankan usaha ternak lebah madu, dia kerap melihat para petani memusuhi lebah dan menganggap hewan itu sebagai hama. Demikian juga orang tuanya. Sebagai pemilik kebun kopi, orangtua Slamet begitu anti terhadap keberadaan lebah yang banyak dijumpai di lahannya.

"Tapi saya nggak ikut-ikutan anti dengan lebah. Justru dari berbagai tulisan yang saya baca, lebah adalah kawan. Jika dibudidayakan, lebah akan menghasilkan madu dan punya nilai ekonomi tinggi," ujarnya, Minggu (12/12/2021).

Berangkat dari itu, sekitar tahun 2010 Slamet mulai mencoba untuk membudidayakan lebah madu. Sedikit demi sedikit koloni lebah yang dibudidayakan menghasilkan. Usaha peternakan lebah madu pun mulai berjalan.

Dia punya prinsip tidak mau mencampur madu dengan bahan lain agar madu yang dijual ke konsumen benar-benar murni.

Karena komitmen untuk menjaga mutu inilah, dia mulai mendapatkan kepercayaan dari konsumen, utamanya dari lembaga pemerintahan dan korporasi swasta. Dari konsumen intstitusi tersebut, Slamet mendapatkan order tetap setiap bulannya. 

Slamet juga melayani konsumen perorangan yang memang membutuhkan madu. Untuk memperluas jangkauan pasar, dia melakukan diversifikasi produk. Yakni dengan membuat produk madu herbal yang berupa madu murni dengan bawang putih.

Produk-produk tersebut dijual secara langsung maupun melalui e-commerce yang ada.

"Alhamdulillah sepanjang tahun ini omzet penjualan madu mencapai Rp 370 juta, kalau dirata-rata mencapai sekitar Rp 30 juta per bulan," kata Slamet.

Berdayakan Masyarakat Sekitar

Kesuksesan Slamet Suryadi menjalankan usaha lebah madu tak dinikmati sendiri. Dia juga berkolaborasi dengan warga lain di sekitar tempat tinggalnya untuk memproduksi madu.

Dalam hal ini, warga diberi pembinaan untuk membudidayakan lebah madu dengan pengawasan langsung dari Slamet Suryadi. Sehingga dengan pengawasan tersebut, dia bisa memastikan proses produksi dilakukan secara benar dan bisa menghasilkan madu dalam kuantitas yang optimal.

Madu yang dihasilkan warga sekitar, kemudian disetor ke Slamet untuk kemudian dijual di bawah brand Madu Takoma.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com