JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah akan menghentikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru secara bertahap hingga 2030.
Dampak penghentian itu tentu akan mengurangi penggunaan batu bara.
Namun, di sisi lain, Indonesia memiliki sumber daya batu bara yang melimpah mencapai 143,7 miliar ton dengan cadangan sebanyak 38,8 miliar ton. Rata-rata produksi pun mencapai 600 juta ton per tahun.
Baca juga: Harga Batu Bara Tetap Tinggi, PTBA Jajaki Pasar Baru ke Filipina dan Vietnam
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Ditjen Minerba Kementerian ESDM Sujatmiko mengatakan, dengan potensi cadangan batu bara sebesar itu akan cukup untuk memenuhi kebutuhan 65 tahun ke depan.
Maka, pemanfaatan batu bara sebagai sumber energi pun akan terus dilakukan dengan strategi energi mix.
Baca juga: BCA dan Bank Permata Masih Minati Pembiayaan Batu Bara, di Tengah Isu Perubahan Iklim
"Dalam porsi energi mix selama 2021-2030 nanti, batu bara masih menempati porsi 60 persen pada bauran energi nasional," ujarnya dalam webinar DETalk Outlook 2022: Masa Depan Industri Batu Bara Menuju Transisi Energi, Selasa (14/12/2021).
Baca juga: Harga Batu Bara Acuan Desember 2021 Anjlok Jadi 159,79 Dollar AS per Ton
Sujatmiko menjelaskan, dalam strategi energi hingga 2030 mendatang, pengembangan PLTU batu bara tidak akan dilakukan, kecuali yang sudah financial close atau konstruksi.
Sehingga batu bara akan tetap digunakan di PLTU meski terbatas.
Kemudian, permanfaatan batu bara ke depan harus diimbangi dengan teknologi ramah lingkungan atau clean coal technology untuk mengurangi emisi CO2 atau karbondioksida.
Ia mengatakan, skenario optimalisasi penggunaan batu bara yang sedang dilakukan pemerintah untuk mendukung penurunan emisi, di antaranya dengan inovasi teknologi pengganti PLTU.
Artinya PLTU eksisting akan diganti dengan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) Baseload, seperti melalui cofiring biomassa.
Lalu penurunan emisi dilakukan dengan penerapan teknologi batu bara bersih, berupa implementasi Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC) dengan bahan bakar gasifikasi batu bara. Serta dengan implementasi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mengurangi emisi CO2.
"Untuk IGCC, ini sedang disiapkan Permen-nya (Peraturuan Menteri ESDM), bagaimana biomassa bisa dimanfaatkan bersama batu bara dalam pembakaran di powerplan (pembangkit)," jelas dia
Di sisi lain, pemanfaatan juga akan dilakukan dengan hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME), methanol, pupuk, dan syngas.
Sehingga batu bara yang merupakan salah satu komoditas utama Indonesia bisa tetap menjadi penggerak perekonomian nasional. Harapannya, hilirisasi batu bara akan menjadi penopang utama untuk menggantikan kekurangan pasokan gas dalam negeri.
"Kami berharap batu bara yang kita miliki ini dapat dimanfaatkan untuk menjadi penggerak perekonomian nasional," pungkas Sujatmiko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.