Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dwi Satriyo Annurogo

Lahir di Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada 13 Desember 1967.
Meraih gelar Sarjana dan Master Teknik Kimia dari Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya.
Menjadi Direktur Utama Petrokimia Gresik sejak 25 Agustus 2020

Mempersiapkan SDM di Era Industri Hijau

Kompas.com - 16/12/2021, 09:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PEMERINTAH Republik Indonesia (RI) melalui Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyampaikan sejumlah tantangan industri hijau atau green industry di Tanah Air.

Pertama, industri dalam negeri masih tertinggal dalam riset dan pengembangan, terutama yang dapat diaplikasikan secara multisektoral.

Kemudian, masih banyak industri yang menggunakan mesin berteknologi lama yang cenderung tidak efisien, serta menghasilkan limbah dan polusi tinggi. Padahal teknologi kekinian menjadi satu syarat utama yang dibutuhkan menuju industri berkelanjutan.

Di sisi lain, pembiayaan untuk beralih ke peralatan fabrikasi hijau juga menjadi tantangan tersendiri karena nilainya yang tidak kecil.

Selain itu, kualitas sumber daya manusia (SDM) belum memadai terutama dari sisi keahlian, kapasitas, serta pengalaman. SDM yang ada saat ini, belum dapat mengikuti kemajuan teknologi hijau di industri manufaktur.

Baca juga: Program Industri Hijau Dinilai Mampu Menghemat Energi Rp 3,2 Triliun

Sedangkan, tantangan terakhir yang dihadapi Indonesia adalah masih kurangnya insentif, baik fiskal dan nonfiskal yang mendukung pengembangan industri hijau.

Sementara, industri hijau sudah banyak diterapkan di beberapa negara. Australia adalah negara yang aktif memimpin dalam efisiensi energi sejak 2009 sesuai pada Strategi Nasional pada Efisiensi Energi (NSEE) dengan empat poin penting yaitu pembuatan bangunan baru harus lolos penilaian hemat energi, dukungan pemerintah membantu rumah tangga dan bisnis transisi ke masa depan karbon rendah, pengetatan penerapan hemat energi, dan menjadikan pemerintah sebagai mitra dalam memimpin jalan untuk efisiensi energi.

Di Jerman, tahun 2009, melakukan penggantian peralatan tua secara masal dengan yang baru dapat mengurangi 20 miliar kWh listrik atau setara dengan mengurangi emisi CO2 sebesar 18 miliar kilogram (kg). Prinsip ini adalah bukti nyata bahwa melakukan penyelamatan lingkungan dengan pengurangan emisi dapat pula melakukan penghematan dalam pemakaian biaya listrik.

Di Indonesia sendiri, kebijakan industri hijau telah ditetapkan Pemerintah Republik Indonesia (RI) sejak tahun 2014, ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Penerapan industri hijau juga menjadi tumpuan dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Develompent Goals (SDGs), yang telah diratifikasi melalui Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).

Untuk menghadapi tantangan industri hijau, pemerintah menyiapkan sejumlah strategi, di antaranya, pengurangan jejak karbon dengan menghentikan ekspor bahan mentah sejumlah komoditas dan menciptakan penghiliran industri untuk ekspor barang jadi atau setengah jadi. Selain itu juga mendorong pengembangan kawasan industri hijau.

Transformasi jadi kebutuhan

Transformasi menuju industri hijau kini pun menjadi kebutuhan, bukan lagi sebatas kewajiban, karena dalam proses produksinya menerapkan efisiensi dan efektivitas. Selain mengganti sumber daya fosil menjadi yang lebih terbarukan dan ramah lingkungan, industri hijau juga terbukti mampu meningkatkan competitiveness.

Untuk itu, industri hijau saat ini menjadi salah satu instrumen penting dalam memenangkan persaingan pasar. Inilah mengapa industri hijau menjadi tujuan Pemerintah dari pembangunan industri nasional.

Namun transformasi menuju industri hijau di Indonesia membutuhkan proses yang tidak cepat, apalagi mudah. Dibutuhkan komitmen bersama yang kuat. Apalagi, berdasarkan data dari World Energy Council (2016), Indonesia akan terus mengonsumsi energi fosil sampai pada tahun 2040.

Ini berarti Indonesia akan terus menyumbang gas rumah kaca (CO2) atau gas hasil pembakaran dari bahan baku fosil sampai 30 tahun ke depan.

Nilai perdagangan karbon sebesar Rp 30.000 per ton yang ditetapkan pemerintah belum mampu menekan emisi karbon yang terjadi di Indonesia. Untuk itu diperlukan pemanfaataan CO2 agar tidak dibuang ke lingkungan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com