Beberapa pemanfaatan CO2 yang dapat dilakukan yaitu chemical stock atau pembuatan produk kimia, kemudian untuk bahan bakar, produk dari microalgae, enhancement oil recovery process, sebagai Bioenergy Carbon Capture and Storage (BECCS), enhanced weathering (pengaturan cuaca), pemanfaatan pada penanaman hutan, meningkatkan organic carbon content pada lahan/tanah, serta sebagai biochar.
Pemanfaatan ini menjadikan tansformasi industri hijau menciptakan peluang besar dan lebih baik dalam menemukan pekerjaan, tapi juga merupakan tantangan untuk calon pekerja di masa depan karena harus menguasai penerapan green technology dalam sebuah industri.
Dengan menerapkan transformasi industri hijau, ketenagakerjaan juga mengalami peningkatan atau terbukanya bidang pekerjaan baru, seperti penanganan limbah (waste management) tumbuh rata-rata 7,1 persen tiap tahun, kemudian bidang water supply, wastewater management, recycled materials, renewable energy, biodiversity, soil & groundwater, dan bidang noise & vibration.
Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Environment Programme (UNEP) tahun 2008, menggunakan survei literatur untuk memperkirakan efek ketenagakerjaan dalam transformasi industri hijau seperti pada bidang efisiensi energi di keenam sektor yaitu renewable energy, buildings, food and agriculture, basic industry and recycling, transportation and forestry.
Dalam sektor energi terbarukan diperkirakan pada tahun 2030, Amerika Serikat akan membutuhkan 1,3 juta pekerjaan langsung dan 7,9 juta pekerjaan tak langsung terkait terkait bidang green industry.
Negara yang menghasilkan emisi CO2 di kawasan Asia Pasifik yaitu Indonesia, Australia, China, India, Jepang, Korea dan Taiwan. Berdasarkan ILO (2013), negara dengan penghasil emisi CO2 tinggi akan membutuhkan lapangan pekerjaan di bidang industri hijau cukup banyak.
Hal itu membutikan bahwa dengan penerapan industri hijau, selain membantu dalam penyelamatan lingkungan juga dapat menciptakan lapangan kerja.
Baca juga: Menperin Beberkan 5 Tantangan yang Dihadapi dalam Pengembangan Industri Hijau yang Berkelanjutan
Untuk itu, semua pihak harus berkolaborasi, bergandengan tangan untuk mempersiapkan SDM industri hijau. Paling penting, SDM kompeten di bidang ini juga akan mendukung percepatan pembangunan industri nasional dengan konsep industri hijau.
Sementara itu, di Indonesia berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi energi terbarukan di negara ini mencapai 417.8 GW dengan rincian dari solar power sebesar 207.8 GW, hydro power 75 GW, wind power 60.6 GW, bioenergy 32.6 GW, geothermal 23.9 GW dan ocean sebesar 17.9 GW.
Potensi ini tentu membutuhkan kesiapan SDM, sehingga dapat tergarap maksimal untuk lingkungan sehat dan masyarakat yang sejahtera.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.