Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Budidaya Perikanan Masih Sangat Besar

Kompas.com - 16/12/2021, 17:46 WIB
Elsa Catriana,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Potensi budidaya perikanan di Tanah Air dinilai sangat besar. Bahkan, potensi produktivitasnya bisa digenjot dengan memanfaatkan teknologi.

Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri mengatakan, produksi perikanan budidaya Indonesia saat ini berada di posisi nomor dua terbesar di dunia.

“Tiongkok itu produksi ikan budidayanya 68,42 juta ton per tahun. Sementara Indonesia di posisi kedua dengan 15,89 juta ton. Padahal panjang garis pantai Tiongkok yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya hanya 14.500 kilometer, sementara Indonesia punya 99.083 kilometer,” kata Rokhmin dalam acara Indonesia Aquaculture Outlook 2022 yang diselenggarakan eFishery di Jakarta, Kamis (16/12/2021).

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut menilai, untuk bisa meningkatkan produksi perikanan nasional, dibutuhkan inovasi teknologi seperti yang dilakukan eFishery, perusahaan startup akuakultur.

Baca juga: Melonjak 61,8 Persen, Transaksi Uang Elektronik Capai Rp 31,3 Triliun

“Untuk bisa mencapai target produksi 2 juta ton pada 2024 itu sebenarnya memungkinkan karena Indonesia punya potensinya terbesar di dunia. Oleh karena itu perlu anak-anak muda untuk bisa menggenjot ini,” ungkap Rokhmin.

Hal senada disampaikan Direktur Pakan dan Obat Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia Ujang Komarudin. Menurutnya tren produksi perikanan di Indonesia sudah bergeser dari perikanan tangkap ke perikanan budidaya.

Ujang mencatat, pada 2020 lalu, para pembudidaya ikan dan udang di Indonesia sudah mampu memproduksi 15,45 juta ton, sementara hasil tangkapan nelayan di laut hanya sebesar 7,7 juta ton.

“Perikanan budidaya itu diperkirakan bisa menyumbang 16 persen dari 1,33 triliun dollar AS nilai potensi keekonomian bidang kelautan Indonesia. Jadi kalau kita fokus mengembangkan perikanan budidaya, sama saja dengan membangunkan raksasa yang sedang tidur. Sangat luar biasa,” kata Ujang.

Baca juga: Cermat Menghitung Biaya Listrik Versi Ibu Rumah Tangga

Ia menambahkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan sendiri telah menyusun program dalam mengoptimalkan budidaya perikanan nasional. Salah satunya yaitu dengan menerapkan konsep ekonomi biru.

“Ada keseimbangan dalam menjalankan prinsip ekonomi dengan teknologi. Sehingga tetap produktif namun berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Jangan sampai terjadi over eksploitasi. Untuk meningkatkan produktivitas dibutuhkan inovasi teknologi yang cerdas, modernisasi, serta digitalisasi dalam sistem produksi dan rantai pasok perikanan budidaya,” ungkap Ujang.

Sementara itu, CEO dan Co-founder eFishery Gibran Huzaifah mengatakan, sampai akhir 2021 pihaknya mencatat jumlah pembudidaya yang telah bergabung dalam ekosistem eFishery diperkirakan bisa mencapai 27.000 orang.

Angka ini meningkat 1.074 persen dibandingkan jumlah pembudidaya yang menggunakan layanan eFishery di 2020.

Baca juga: Sri Mulyani: Jumlah Pengangguran Turun Jadi 9,1 Juta Jiwa

“Teknologi itu membuka kolaborasi. Karena inovasi yang dihasilkan teknologi itu membuka akses kepada seluruh pelaku usahanya dan menciptakan value bersama-sama. Kalau tahun ini kami bisa merangkul 27.000 pembudidaya, tahun depan kami bidik 200.000 pembudidaya yang tersebar di 250 kabupaten/kota bisa bergabung dalam ekosistem kami,” kata Gibran.

Gibran menilai, dengan semakin bertambahnya jumlah pembudidaya ikan dan udang yang menggunakan teknologi eFishery, perputaran ekonomi di sektor perikanan budidaya maupun industri pendukungnya semakin meningkat.

eFishery mencatat lebih dari 13.000 ton ikan hasil panen pembudidaya telah didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia pada 2021.

"Bahkan kami mencatat total transaksi yang berhasil kami kumpulkan sebesar Rp 420 miliar dari distribusi ikan dalam negeri dan ekspor udang di tahun 2021 ini," ujar Gibran.

Baca juga: BI Tetap Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,50 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com