Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut: Perkembangan Omicron Jadi Kunci Pemulihan Ekonomi di 2022

Kompas.com - 17/12/2021, 12:45 WIB
Ade Miranti Karunia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belum berakhir penanganan Covid-19 varian Delta, dunia kini dihadapkan kembali dengan mutasi baru virus tersebut, yakni varian Omicron yang telah masuk ke Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) yang juga Koordinator PPKM wilayah Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, sejauh ini virus tersebut bergejala ringan hingga sedang.

Hal ini Luhut sampaikan saat menghadiri agenda Indonesia’s Rebound: Economic Outlook 2022 secara virtual, Kamis (16/12/2021).

"Kini ada ketakutan baru berupa varian Omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada akhir November lalu. Varian tersebut membuat setiap negara di dunia termasuk Indonesia waspada," katanya dikutip melalui situs resmi Kemenko Marves, Jumat (17/12/2021).

Baca juga: Omicron Masuk Indonesia, Luhut Harap Masyarakat Tidak Panik

"Menurut perkiraan awal, Omicron berpotensi lebih menular dan memiliki karakteristik kekebalan lolos dari vaksinasi. Di sisi lain, sejauh ini, gejalanya ringan hingga sedang," sambung Luhut.

Menurut dia, perkembangan varian Omicron akan menjadi kunci pemulihan ekonomi pada 2022. Sebab, jika virus ini mengakibatkan rawat inap yang signifikan dan vaksin kehilangan potensinya, pemulihannya akan lebih lambat dari yang diharapkan.

"Namun ada pola historis virus berevolusi menjadi lebih jinak seiring waktu. Oleh karena itu, jika Covid-19 menjadi lebih menular itu diprediksi akan menghasilkan gejala yang minimal. Jika ini terjadi, kita dapat mengharapkan pemulihan yang lebih cepat dan seperti kita dapat hidup berdampingan dengan virus dengan lebih aman," ujarnya.

Ketidakpastian Ekonomi 2022

Luhut bilang, sumber ketidakpastian ekonomi pada tahun depan, tidak hanya disebabkan virus Omicron, meningkatnya inflasi global termasuk di AS, The Fed dan Bank Sentral lainnya mulai mengurangi stimulus. Hal ini akan mengakibatkan likuiditas yang tersedia lebih rendah untuk negara berkembang seperti Indonesia.

Kemudian, masalah ekonomi domestik China seperti gagal bayar properti berpotensi berdampak pada Indonesia, karena China merupakan tujuan ekspor utama Indonesia. Situasi ini akan lebih buruk jika hubungan AS-China memburuk, seperti di era perang dagang.

Ditambah lagi, semakin dekatnya perubahan iklim disertai banyak negara yang menetapkan harga karbon di berbagai sektor.

Baca juga: Cerita Luhut: Tamunya, Investor Besar dari China, Tak Dapat Hotel Saat ke Jakarta

"Seperti halnya Covid-19, kita tidak bisa menghindari ketidakpastian. Kita hanya bisa mempersiapkan ekonomi Indonesia untuk menahan tekanan dari berbagai guncangan tersebut. Pemulihan dan transformasi ekonomi harus dilakukan secara berdampingan, mengingat kondisi perekonomian global yang semakin menantang," tuturnya.

Di bidang kesehatan, Covid-19 menunjukkan betapa pentingnya reformasi sistem kesehatan. Karena di Tanah Air sendiri, kata Luhut, masih melihat kurangnya kapasitas rumah sakit, farmasi, alat kesehatan, dan tenaga kesehatan yang tersedia yang dapat dikerahkan ketika gelombang Delta terjadi.

"Kami memiliki pengalaman pahit ketika impor obat-obatan penting terhambat karena negara-negara mengutamakan kepentingan mereka sendiri selama pandemi. Untuk itu, Pemerintah mendorong investasi di bidang kesehatan. Kami telah berkeliling dunia (Amerika, Eropa, Emirates, China) tentang hal ini dan banyak negara tertarik untuk berinvestasi di kami karena alasan yang sama, yaitu tidak ingin terjebak dalam supremasi China dan India sebagai hub farmasi yang ada," ujarnya.

Sebagai informasi, virus varian B.1.1 529 atau Omicron diketahui telah masuk ke Indonesia. Pertama kali ditemukannya kasus varian Omicron ini berasal dari hasil tes PCR petugas kebersihan yang bekerja di RS Wisma Atlet, Jakarta.

Dengan adanya temuan virus tersebut, pemerintah pun langsung bertindak untuk melakukan penguncian atau lockdown RS Wisma Atlet untuk mencegah penyebaran lebih luas.

Baca juga: Kenapa Pejabat Dapat Kelonggaran Karantina? Ini Kata Luhut

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com