Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Tidak Ingin Aset Negara Jadi Beban

Kompas.com - 17/12/2021, 17:35 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak ingin aset negara membebani keuangan negara. Hal itu ia sampaikan saat meresmikan aset kelolaan LMAN, Dhanadyaksa Dipatiukur menjadi ruang kerja bersama (co-working space) di Bandung, Jawa Barat, Jumat (17/12/2021).

Aset eks-Pertamina yang sebelumnya hanya berupa gedung tua itu kini bisa disewakan kepada masyarakat, mulai dari anak-anak muda yang hendak memulai startup, hingga ruang bersama untuk para seniman baru.

Gedung ini kata Sri Mulyani, menjadi tempat berbagi ide dan membangun komunitas kreatif bagi anak-anak muda.

"Dengan mengucapkan bismillah saya akan menyampaikan Dhanadyaksa Dipati Ukur sebuah aset properti LMAN dengan ini untuk bisa dimanfaatkan oleh publik," ketika meresmikan aset tersebut di Bandung, Jumat (17/12/2021).

Baca juga: Omicron Masuk RI, Pengusaha Berharap Pemerintah Tak Perketat PPKM

Sri Mulyani senang bangunan tua yang berubah menjadi co-working space ini menjadi ruang berbagi kreativitas bagi anak-anak muda yang baru lulus kuliah.

Kumpulan anak muda itu kemudian menjadi komunitas dan saling berkolaborasi. Lalu, menciptakan simbiosis mutualisme dan saling memanfaatkan, sehingga terjadi multiplier effect bagi ekonomi.

"Bayangkan banyak mahasiswa kita yang muda-muda ini they are eager to start business, mereka enggak melihat risiko, yang mereka lihat adalah pikiran mereka. They want to create dan kita berikan tempat seperti ini, and then programnya," beber Sri Mulyani.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menuturkan, aset-aset negara memang harus ditransformasi dan dikelola dengan baik untuk warga sekitar. Aset negara tidak boleh hanya menjadi gedung tua dan kosong, ketika banyak UMKM dan anak muda yang membutuhkan tempat berkreasi.

Untuk itu dia meminta lembaga manajemen aset negara, LMAN, bersama dengan Ditjen Kekayaan Negara (DJKN), menjadi manager aset yang tidak hanya merasa memiliki, tapi mengubah aset menjadi aset produktif.

Baca juga: Sri Mulyani Tak Ingin APBN Jadi Sumber Masalah Usai Tangani Pandemi Covid-19

Produktif bukan hanya menghasilkan uang, tapi membuat masyarakat berkreasi, menciptakan aktivitas ekonomi, sosial, budaya, dan kegiatan lainnya yang tidak ternilai harganya (priceless).

"Kita harus gelisah kalau hanya lihat sepenggal aset yang hanya berdiri di situ saja. Belum lagi kalau dia require a lot of money untuk menjaga dan tidak generate manfaat apapun. Itu yang harus buat kita gelisah," ucap Sri Mulyani.

Bendahara negara ini tidak ingin aset negara hanya menjadi liabilitas dalam neraca keuangan. Sebab, aset sebagai liabilitas hanya membebani keuangan negara dan membebani ekonomi. Aset tersebut harus berubah menjadi aset yang bernilai tambah.

Dia menyadari, menjaga aset negara yang berlimpah tidaklah gratis. Negara memerlukan dana untuk menjaga dan mengelolanya. Apalagi, aset negara tersebar di penjuru negeri. Jika tidak dikelola dengan baik, aset-aset tersebut diserobot pihak tidak bertanggung jawab alias mafia tanah.

Lebih lanjut dia berharap, pemanfaatan aset di wilayah Bandung ini menjadi contoh bagi kementerian/lembaga atau pemerintah daerah (Pemda) di wilayah lain.

"Apalagi aset tanah dan gedung. Kalau kita tidak gunakan, apalagi di tempat sangat mentereng dan bagus, orang selalu bergumam kalau bangunan pemerintah mengganggu pemandangan saja," tandas Sri Mulyani.

Baca juga: Lani Darmawan Resmi Pimpin CIMB Niaga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com