Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Catat Kebutuhan Pembiayaan Korporasi Melambat di November 2021

Kompas.com - 19/12/2021, 15:38 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mencatat kebutuhan pembiayaan korporasi terindikasi cukup tinggi pada November 2021, meski melambat dibandingkan bulan sebelumnya, berdasarkan hasil survei permintaan dan penawaran pembiayaan perbankan.

Perlambatan kebutuhan pembiayaan korporasi tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) pada November 2021 sebesar 14,8 persen, melambat dari SBT pada Oktober 2021 yang sebesar 16,7 persen.

Perlambatan tersebut terjadi pada beberapa sektor, terutama pada pertanian, kehutanan dan perikanan, reparasi mobil dan motor, serta konstruksi.

"Hal itu karena dipengaruhi oleh menurunnya kegiatan operasional sejalan dengan lemahnya permintaan domestik dan ekspor," tulis BI dalam laporannya pada Minggu (19/12/2021).

Baca juga: Manfaat Pedagang Pasar Pakai QRIS, BI: Terhindar dari Uang Palsu, Tak Perlu Sediakan Kembalian

Sektor yang kebutuhan pembiayaannya meningkat

Di sisi lain, ada sejumlah sektor yang terindikasi kebutuhan pembiayaannya meningkat, antara lain industri pengolahan, pertambangan, serta transportasi dan pergudangan.

Peningkatan pembiayaan itu terutama untuk mendukung aktivitas operasional, membayar kewajiban yang jatuh tempo, dan mendukung pemulihan domestik.

Berdasarkan survei tersebut, diketahui sebanyak 55,5 persen responden menyatakan bahwa kebutuhan pembiayaan mayoritas masih dipenuhi dari dana internal perusahaan.

Lalu pinjaman perbankan dalam negeri sebesar 10,1 persen responden, pinjaman atau utang dari perusahaan induk 7,6 persen responden.

Sebanyak 75,6 persen responden mengatakan pemilihan sumber pembiayaan terutama dipengaruhi oleh aspek kemudahan dan kecepatan perolehan dana.

Sementara 16,8 persen responden oleh dipengaruhi aspek biaya suku bunga yang lebih murah, dan 14,3 persen responden dipengarugi optimalisasi fasilitas eksisting.

Baca juga: BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2021 Mencapai 4 Persen

 

Kebutuhan pembiayaan hingga Februari 2022

Di sisi lain, untuk kebutuhan pembiayaan 3 bulan mendatang atau Februari 2022 diperkirakan meningkat, tercermin dari indikasi SBT sebesar 23,8 persen.

Peningkatan kebutuhan pembiayaan antara lain disampaikan oleh responden pada sektor pertanian, industri pengolahan, serta informasi dan komunikasi.

Kebutuhan pembiayaan itu untuk mendukung aktivitas operasional, pemulihan permintaan domestik, serta untuk membayar kewajiban jatuh tempo.

Sebanyak 71,6 persen responden menungkapkan, kebutuhan dana 3 bulan mendatang masih akan dipenuhi dari dana sendiri, lalu 14,8 persen responden akan memanfaatkan fasilitas kelonggaran tarik pinjaman dari perbankan domestik.

Selain itu, sebanyak 14,2 persen responden akan memenuhi pendanaannya dengan menambah pinjaman ke perbankan dalam negeri, serta sebanyak 11 persen responden akan memanfaatkan pinjaman atau utang dari perusahaan induk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Anjlok Rp 18.000 Per Gram, Simak Harga Emas Antam Hari Ini 23 April 2024

Anjlok Rp 18.000 Per Gram, Simak Harga Emas Antam Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
IHSG Awal Sesi Tancap Gas, Rupiah Malah Melemah

IHSG Awal Sesi Tancap Gas, Rupiah Malah Melemah

Whats New
Harga Emas Dunia Anjlok, Ini Penyebabnya

Harga Emas Dunia Anjlok, Ini Penyebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com