Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Keliru, Ini Arti Kode 31, 33, dan 34 di SPBU Pertamina

Kompas.com - Diperbarui 22/04/2023, 22:08 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Muhammad Idris

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com -  Bagi yang terbiasa mengisi BBM di SPBU Pertamina, tentu sudah tak asing lagi dengan kode angka yang tertera pada totem atau papan penanda berbentuk persegi panjang yang biasanya terletak di pinggir jalan di pintu masuk SPBU. 

SPBU sendiri merupakan singkatan dari Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum. Di Indonesia, SPBU milik Pertamina adalah penguasanya. 

Secara resmi, SPBU di bawah Pertamina tidak memiliki nama khusus, namun biasanya ditandai dengan kode-kode khusus berupa angka pada papan totem (kode SPBU Pertamina).

Tak jarang kita menemui angka 31, 53, atau 24 pada SPBU yang kita kunjungi. Ternyata, angka-angka ini tidak ditentukan tanpa maksud. Masing-masing memiliki arti di belakangnya.

Baca juga: Makin Mahal, Harga Minyak Goreng Naik Seminggu Sekali

Dikutip dari laman MyPertamina dan Kementerian BUMN, kode angka pertama adalah penanda lokasi atau regional wilayah kerja Pertamina. Sementara angka kedua adalah penanda kepemilikan SPBU. 

Untuk pulau Jawa, wilayah kerja Pertamina terbagi dalam 3 regional. Yakni regional 3, 4, dan 5. Sebagai contoh, Jakarta masuk dalam regional 3, sehingga kode angka depan pada SPBU adalah 3. 

Di Sumatera sendiri, wilayah kerja terbagi dalam dua wilayah, yakni regional 1 dan 2. Untuk Kalimantan kode yang berlaku adalah 6, Sulawesi 7, dan Papua 8. 

Untuk kepemilikan dan pengelolaannya, ada tiga jenis SPBU. Pertama yakni Corporate Owner Corporate Operate (COCO). COCO adalah SBPU yang kepemilikan maupun operasionalnya langsung dilakukan oleh Pertamina, dalam hal ini melalui anak usahanya, PT Pertamina Retail.

Baca juga: Komisi VI DPR Minta Ada Harga Acuan Minyak Goreng

Kedua Corporate Owner Dealer Operate (CODO) di mana SPBU pengelolaan dilakukan melalui skema kerja sama antara Pertamina dan perusahaan swasta, dan ketiga Dealer Owner Dealer Operate (DODO) atau SPBU yang sepenuhnya dimiliki dan dikelola swasta. 

Untuk SPBU yang dikelola Pertamina atau COCO memiliki kode 1 pada angka kedua. Untuk kode 3, SPBU tersebut adalah milik Pertamina namun dikelola oleh swasta. Sementara kode 4 adalah untuk SPBU yang sepenuhnya dimiliki dan dioperasikan swasta. 

Misalnya SPBU dengan kode 31.XXXX, maka artinya SPBU tersebut berada di bawah pengelolaan langsung Pertamina dan berada di wilayah regional Jawa bagian barat. Apabila kodenya 34.XXXX, artinya SPBU tersebut berada di Jawa bagian barat dan dimiliki oleh swasta. 

Contoh lainnya seperti kode 64.XXXX, maka SPBU tersebut berada di wilayah Kalimantan dimiliki swasta. 

Baca juga: Larangan Pedagang Jual Minyak Goreng Curah Batal

Kendati operasional SPBU Pertamina terdekat dapat dikelola oleh swasta, Pertamina tetap memberlakukan standar operasional dan prosedur (SOP) SPBU dengan ketat. Selain itu, pegawai SPBU Pertamina yang dikelola swasta juga harus bekerja dengan standar kerja Pertamina.

Oleh karenanya, pelanggan SPBU Pertamina terdekat tidak perlu khawatir saat mengisi bahan bakar bensin di SPBU Pertamina manapun. Pasalnya, semua SPBU Pertamina terdekat diawasi juga oleh perusahaan pelat merah ini agar tidak sembarangan dikelola.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com