JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah memperkecil penarikan utang dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 263,5 triliun hingga November 2021.
Pengurangan ini terjadi seiring membaiknya proyeksi outlook penerimaan APBN, baik dari sisi pajak maupun dari sisi penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Baca juga: Ingat Warisan dari Mertua Tetap Ada Pajaknya, Simak Saran Sri Mulyani
"Sekarang tahun 2021 kita lihat cerita pemulihan ekonomi, rakyat dibantu dengan APBN, namun di sisi lain APBN juga mulai pulih dengan penerimaan negara yang mengalami penguatan yang luar biasa, sehingga tahun ini kita mengurangi penerbitan utang kita hingga Rp 263 triliun," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (21/12/2021).
Baca juga: Youtuber Juga Kena Pajak, Begini Cara Hitungnya
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengungkap, turunnya penarikan utang juga terjadi karena pemerintah memutuskan untuk mengoptimalisasi penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL).
Baca juga: Sri Mulyani: 55 Persen BUMN yang Disuntik Modal Punya Utang Jumbo
Tercatat, Silpa tahun 2020 lalu mencapai Rp 216,4 triliun, sementara Silpa tahun ini diproyeksi lebih kecil. Hingga November 2021, Silpa berada di angka Rp 31,6 triliun.
Baca juga: Ini Sosok Ciliandra Fangiono, Jadi Pemuda Terkaya Indonesia gara-gara Warisan Bisnis Sawit Ayahnya
Karena optimalisasi inilah, penerbitan SBN melalui lelang dan SBN ritel tahun 2021 sudah selesai dilaksanakan. Pembiayaan utang hingga November 2021 sudah mencapai 88 persen dari target APBN.
Adapun rencana penerbitan SBN dengan skema SKB III dengan Bank Indonesia (BI) sisa Rp 157 triliun, yang rencananya akan diterbitkan pada akhir Desember 2021.
"Kita gunakan silpa mencapai Rp 216 triliun, Silpanya yang tahun lalu sangat besar digunakan sehingga kita kurangi penerbitan SBN, di sisi lain Silpa tahun ini akan jauh lebih rendah," tutur Sri Mulyani.