Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CIPS: Pemerintah Harus Fokus pada Orientasi Perdagangan Terbuka

Kompas.com - 21/12/2021, 14:33 WIB
Elsa Catriana,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Surplus neraca perdagangan merupakan salah satu indikator upaya pemulihan ekonomi, setelah terdisrupsi oleh pandemi Covid-19 sejak awal tahun lalu.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan surplus neraca perdagangan Indonesia pada November 2021 mencapai 3,5 miliar dollar AS.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, untuk mempertahankan capaian ini, pemerintah perlu menjalankan perdagangan yang terbuka dengan tetap memperhatikan kelancaran rantai pasok dalam negeri.

Baca juga: Neraca Perdagangan RI Diprediksi Masih Surplus Hingga Akhir 2021

“Pemerintah harus fokus pada orientasi perdagangan terbuka dengan tidak melupakan kepentingan kelancaran rantai pasok dalam negeri yang dapat mendukung perekonomian di daerah,” jelas Pingkan Audrine Kosijungan dalam siaran persnya, Selasa (21/12/2021).

Pingkan menuturkan, nilai impor Indonesia pada November 2021 ini tercatat memiliki valuasi tertinggi sepanjang sejarah dengan mencapai 19,33 miliar dollar AS.

Pingkan juga meminta pemerintah untuk mempermudah proses impor bahan baku untuk menggerakkan industri.

Penurunan nilai impor, terutama pada bahan baku industri, menurut dia, seharusnya dilihat sebagai sebuah peringatan.

Apalagi, porsi impor terbesar Indonesia masih dipegang sektor migas dengan impor di bulan November ini mencapai 3,03 miliar dollar AS atau setara dengan pertumbuhan 59,4 persen dari Oktober 2021 dan 178,9 persen secara tahunan (year-on-year). Porsi terbesarnya pun ada pada komoditas hasil minyak.

Baca juga: BPS: Neraca Perdagangan RI Surplus 19 Bulan Berturut-turut

Dari sektor non-migas, lanjut Pinkan, Impor terbanyak adalah mesin atau peralatan mekanis dan bagiannya serta mesin atau peralatan elektrik dan bagiannya dengan masing-masing mencatatkan valuasi sebesar 2,6 miliar dollar AS dan 2 miliar dollar AS.

Di sisi yang lain, terjadi penurunan impor produk pertanian dan perkebunan seperti serealia, gula dan kembang gula.

“Berkurangnya impor juga merupakan salah satu dampak pandemi Covid-19 dimana industri mengurangi jumlah tenaga kerja dan juga produksinya. Berkurangnya jumlah tenaga kerja dan produksi tentu juga mengurangi jumlah perdagangan, baik ekspor maupun impor," kata Pingkan.

Memang diakui Pingkan, adanya surplus neraca perdagangan bukanlah ukuran performa ekonomi sedang berjalan dengan baik. Namun, hal ini harus dilihat secara detail ekspor-impor pada komoditas.

Pingkan juga membeberkan, secara kumulatif surplus 11 bulan pertama di 2021 mencapai 34,32 miliar dollar AS. Hal ini mencerminkan adanya peningkatan signifikan dibanding 19,52 miliar dollar AS pada periode yang sama di tahun 2020.

Sektor non-migas memberikan kontribusi terbesar pada ekspor Indonesia dengan 21,5 miliar dollar AS sementara sektor migas hanya menyumbang 1,3 miliar dollar AS yang didominasi ekspor gas senilai 0,9 miliar dollar AS pada November 2021.

Tiongkok masih menjadi negara tujuan ekspor non-migas Indonesia yang terbesar dengan 5,4 miliar dollar AS diikuti dengan Amerika Serikat, Jepang, India, dan juga Malaysia yang masing-masing valuasinya berada di atas 1 miliar dollar AS.

Sedangkan untuk pangsa ekspor regional, pasar ASEAN masih memimpin dengan 4,1 miliar dollar AS jika dibandingkan dengan pasar Uni Eropa di 1,8 miliar dollar AS.

“Pemerintah perlu terus membuka peluang ekspor pada negara-negara non-tradisional untuk meningkatkan jangkauan ekspor produk Indonesia. Peningkatan daya saing produk juga harus terus dilakukan,” ungkap Pingkan.

Baca juga: Wamendag: Neraca Perdagangan RI Surplus karena E-commerce

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com