Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Inklusi Keuangan Perempuan Indonesia Lebih Rendah dari Laki-laki

Kompas.com - 22/12/2021, 18:08 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, tingkat inklusi keuangan perempuan di Indonesia lebih rendah daripada laki-laki.

Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam webinar Capital Market Women Empowerment Forum secara virtual, Rabu (22/12/2021).

Menurut dia, inklusi keuangan perempuan Indonesia mencapai 75,15 persen. Meski demikian posisi ini lebih tinggi dibandingkan global yang sebesar 65 persen.

Baca juga: Sri Mulyani: Butuh Hampir 100 Tahun untuk Menutup Gender Gap

“Indeks inklusi perempuan di dunia ini hanya 65 persen, laki-laki 72 persen berdasarkan data Global Findex 2017. Namun, di Indonesia indeks inklusi keuangan perempuan 75 persen, lebih tinggi (dibanding indeks dunia), tapi masih lebih rendah dibanding indeks inklusi keuangan laki-laki yaitu 77,24 persen,” kata Wanita yang akrab disapa Ani.

Hal itu mencerminkan bahwa perempuan lebih tertinggal dari sisi inklusi keuangan secara dunia dan juga di dalam negeri. Di sisi lain, tingkat partisipasi secara rata-rata nasional perempuan juga masih rendah, yakni hanya 54 persen, sementara pria 82 persen.

Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani juga mengatakan bahwa perempuan sering menghadapi kendala dari sisi sosial, kultural, dan norma yang menghalangi mereka untuk bisa berkontribusi maju dalam pembangunan sosial dan ekonomi.

“Kita juga tahu bahwa dunia ini maih belum equal dalam sisi gender. Gender gap masih terjadi dari sisi gaji atau upah yang diterima peremuan, meskipun pada level yang sama posisinya, gaji dan upahnya akan lebih rendah dibandingkan laki-laki,” ungkap dia.

Walau demikian, sejak tahun 2000, pemerintah telah memasukkan gender responsive budgeting dalam APBN. Hal ini bertujuan untuk anggaran monitoring, sebagai bentuk dukungan negara terhadap kesetaraan gender.

“Karena kalau kita tidak melihat dari dimensi gender, belanja negara bisa tidak simetri. Bahkan manfaatnya bagi perempuan dan laki-laki bisa diskriminatif,” tambah dia.

Dukungan akan kesetaraan gender juga terus digaungkan, baik global maupun Indonesia. Salah satunya melalui penerapan integrasi aspek ESG. Ini termasuk aspek kesetaraan gender melalui pemberdayaan perempuan dalam kebijakan pemerintah.

Baca juga: Sri Mulyani: Negara yang Dipimpin Perempuan Kondisinya Lebih Baik Saat Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com