PERLAHAN tetapi pasti, sejumlah perusahaan plat merah mulai beralih ke energi hijau dan menekan konsumsi energi berbasis fosil. Langkah sejumlah BUMN tersebut dilakukan menyongsong tahun 2025, saat pemerintah menargetkan bauran energi pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) mencapai 23 persen dibandingkan pencapaian 12,77 persen hingga Agustus 2021 dan mencapai nol karbon selambat-lambatnya pada 2060.
Presiden Joko Widodo bahkan secara lantang menyebutkan, dirinya terus mendorong BUMN untuk segera beralih ke energi hijau, terutama pada dua BUMN terbesar di negeri ini, yaitu PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
PLN memang telah mematok target fantastis dengan membangun pembangkit EBT berkapasitas 1,19 gigawatt (GW) pada 2022. Proyek-proyek pembangkit tersebut di antaranya adalah pembangkit listrik air dan minihidro yang mencapai 490 MW dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 195 MW.
Baca juga: Jokowi Minta Pertamina dan PLN Siapkan Transisi dari Energi Fosil ke Energi Hijau
Pada 2021, PLN berhasil meningkatkan 13 PLTM dengan kapasitas total 71,9 MW. Untuk mendukung target tersebut, PLN akan segera menandatangani fasilitas pendanaan Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk mendukung transisi energi.
Sementara itu, terdapat pula BUMN-BUMN yang juga turun gelanggang untuk memproduksi energi bersih untuk konsumsi internal perusahaan. Misalnya Pertamina yang membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang berpotensi menghemat Rp 4 miliar setahun.
Perusahan migas tersebut telah memulai keberpihakannya pada bahan bakar EBT dengan pengalokasian belanja modal yang mencapai sekitar 8,3 miliar dollar AS atau sembilan persen dari total belanja perusahaan 92 miliar dollar.
Pertamina saat ini juga serius dalam mengembangkan teknologi carbon capture and utilization and etorage (CCUS) dengan menggandeng ExxonMobil. Apa yang Pertamina lakukan adalah untuk mencapai target pemerintah, yaitu nol karbon selambat-lambatnya pada 2060.
Di bidang pertambangan, Perusahaaan Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA) juga melakukan reformasi konsumsi energinya dengan menekan penggunaan bahan bakar fosil menjadi elektrik sehingga dapat mengurangi karbon secara signifikan dalam pengoperasian lahan tambang. Peralihan bahan bakar itu diyakini dapat menghemat konsumsi BBM hingga 1,2 juta liter per tahun atau setara dengan Rp 10,78 miliar per tahun.
Pararel dengan hal itu, PTBA juga tengah menjajaki penggunaan teknologi carbon, capture, utilization and storage (CCUS), sebuah teknologi yang dapat menangkap dan menyimpan karbon.
Selain ketiga perusahaan tersebut, masih terdapat sejumlah BUMN lain yang juga mulai menengok ke energi bersih. Reformasi ini bukan perkara mudah, bahkan sesungguhnya menelan biaya yang tidak sedikit.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.