Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Depan, Pemerintah Stop Ekspor Bahan Mentah Bauksit, Tembaga, Emas dan Timah

Kompas.com - 27/12/2021, 20:39 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah akan menyetop ekspor bahan mentah produk pertambangan pada 2022, mulai dari bauksit, dilanjutkan tembaga, emas lalu timah. Sebelumnya pada 2020, pemerintah sudah menyetop ekspor bahan mentah nikel.

Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo di pabrik smelter nikel di Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (27/12/2021) seperti dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.

Baca juga: Setelah Nikel, Jokowi Akan Larang Ekspor Bahan Mentah Bauksit

"Saya kira keuntungan kita menyetop ekspor bahan mentah nikel itu manfaatnya bisa lari ke mana-mana. Oleh sebab itu tahun depan akan kita lanjutkan untuk stop ekspor bahan mentah bauksit, lalu tembaga, selanjutnya emas, selanjutnya timah," kata Presiden.

Menurut Presiden, dengan hilirisasi industri produk pertambangan, masyarakat akan mendapat nilai tambah yang besar seperti lapangan pekerjaan, sementara negara akan memperoleh penerimaan pajak dan devisa.

Baca juga: Jokowi Sebut Negara-negara Maju Ngamuk ke Indonesia karena Setop Ekspor Bahan Mentah Nikel

Dalam peresmian pabrik smelter di Konawe, Presiden juga melihat langsung proses pengolahan nikel tersebut.

Hasil pengolahan bijih nikel bisa jadi berbagai macam produk, misal stainless steel untuk memproduksi panci, sendok dan sebagainya.

Baca juga: Bangun Smelter Nikel Pertama di Kalimantan, Haji Isam Siapkan Rp 6,3 Triliun

Direktur Utama PT Gunbuster Nickel Industru (GNI) Wisma Bharuna, pendiri smelter nikel di Konawe, berharap dengan hilirisasi ini aneka produk hasil pengolahan nikel bisa diproduksi di dalam negeri.

Ia juga berharap akan ada alih teknologi yang memberikan manfaat ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat.

"Segala macam itu harus dari sini, tidak lagi ke luar negeri, barangnya barang kita dipakai untuk kita. Ada alih teknologinya, metalurginya, anak-anak lebih pintar, lapangan pekerjaan semua Indonesia," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com