Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Bitcoin, Aset Kripto Ini Meroket 480 Persen Sepanjang 2021

Kompas.com - 29/12/2021, 19:38 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2021 menjadi tahun yang spesial bagi pasar aset kripto atau cryptocurrency. Hal ini terefleksikan dari kapitalisasi pasar kripto yang terus menguat, dan saat ini telah mencapai lebih dari 2 triliun dollar AS.

CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan, selama setahun terakhir aset kripto seperti bitcoin semakin banyak diminati oleh berbagai pihak. Bukan hanya investor ritel, aset kripto juga sudah diminati dan dimiliki oleh perusahaan bahkan negara.

"Dulu negara belum pernah sama sekali mempertimbangkan bitcoin sebagai devisa. Namun di tahun ini, negara El Salvador yang kabarnya nantinya juga akan diikuti oleh negara Amerika Selatan lainnya," kata dia, dalam keterangannya, Rabu (29/12/2021).

Baca juga: Biar Makin Cuan, Simak Prospek Pasar Aset Kripto di Tahun 2022

Dengan semakin diminatinya aset digital itu, harga berbagai jenis aset kripto tercatat melesat sepanjang 2021, seperti halnya dua kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, bitcoin dan ethereum.

Berdasarkan data Indodax, pada awal Januari 2021 harga bitcoin masih berada pada kisaran Rp 500 juta. Sementara pada 28 Desember kemarin, harga bitcoin per kepingnya sebesar Rp 737 juta, atau telah menguat 47,4 persen dari posisi awal tahun ini (year to date/ytd).

"Bahkan pernah menyentuh harga all time high-nya di bulan November dengan harga hampir Rp 1 miliar per 1 bitcoin. Ini menandakan bahwa bitcoin adalah aset kripto yang baik untuk investasi jangka panjang," kata Oscar.

Penguatan lebih kuat ditunjukan oleh kripto raksasa lainnya, ethereum. Harga kripto ini tercatat telah meroket 480 persen secara ytd, dari kisaran Rp 10 juta per keping pada Januari 2021, menjadi Rp 58 juta per keping pada 28 Desember kemarin.

Oscar menjelaskan, kenaikan signifikan itu selaras dengan evolusi ethereum menjadi ethereum 2.0.Dengan perkembangan ini, ethereum menjadi lebih efisien, cepat, dan jaringan yang lebih luas, sehingga dapat memproses lebih banyak transaksi.

"Secara teknologi, harga, dan ekosistem sebenarnya ethereum sudah mengungguli bitcoin. Ethereum itu bagus ekosistemnya juga luar biasa dan dipakai di dunia institusi juga," katanya.

Dengan semakin kuatnya basis operasi aset kripto, Oscar menilai, pergerakan harga aset digital itu akan lebih kuat pada tahun depan, meskipun masih akan ada berbagai sentimen negatif, seperti penolakan dari IMF.

"Saya kira statement IMF yang bertentangan dengan eksistensi kripto tidak akan begitu pengaruh. Yang akan cukup berpengaruh adalah bagaimana negara akan membuat bitcoin sebagai devisa atau tidak," tutur Oscar.

Baca juga: Waspada Penipuan Investasi Aset Kripto di Media Sosial

Selain itu, dengan semakin maraknya non-fungible token atau NFT dan istilah Metaverse, tren penguatan aset kripto diprediksi berlanjut pada tahun 2022. Pasalnya, Metaverse dan NFT memiliki keterkaitan satu sama lain dengan aset kripto.

"Kalau bicara soal Metaverse dan dunia sudah digital, uangnya tidak akan tersentral. Uangnya tentu akan digital dan terdesentralisasi. Itu akan menggerakkan kripto," ujar Oscar.

Oleh karenanya, Oscar terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait keberadaan aset kripto. Pihaknya pun memfasilitasi masyarakat untuk memiliki aset kripto, dengan modal minimal Rp 10.000 saja.

"Kita terus mengimprove sistem kita. Kita sangat optimis Indodax akan ada terobosan luar biasa di tahun 2022 nanti," ucap dia.

Baca juga: 3 Kripto Ini Diramal Berpotensi Lebih Baik dari Shiba Inu Tahun Depan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com