Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
AM Lilik Agung
Trainer bisnis

Mitra Pengelola GALERIHC, lembaga pengembangan SDM. Beralamat di lilik@galerihc.com.

Terkenang Kopi Kenangan

Kompas.com - 30/12/2021, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

APA yang bisa dipelajari dari kedai kopi yang pada tahun 2017 membuka gerai pertama di Menara Standard Chartered Jakarta dan pada penghujung 2021 tersua enam ratus gerai di empat puluh lima kota Indonesia? Dengan hadiah yang didamba semua perusahaan rintisan (startup); gelar unicorn? Kenangan! Ya, kenangan tentang perusahaan rintisan yang digagas tiga kaum muda dan hari ini melewati sukses etape pertama sebagai perusahaan bernilai lebih dari Rp 14,2 triliun.

Kopi Kenangan memang layak dikenang. Selain meraih unicorn ke sepuluh di Indonesia, Kopi Kenangan didaku oleh CEO-nya, Edward Tirtanata sebagai perusahaan rintisan food and beverages (F&B) pertama di Asia Tenggara yang melewati valuasi 1 milliar dolar AS.

Baca juga: Ketambahan Kopi Kenangan, Ini Daftar Startup Unicorn di Indonesia pada 2021

Tahun 2021 Kopi Kenangan mampu menjual 40 juta cangkir. Pun produknya berkembang dengan menjual aneka kudapan, seperti roti, ayam goreng hingga cookies. Alhasil Kopi Kenangan sah disebut perusahaan F&B.

Sukses etape kedua yang ingin dicapai oleh manajemen Kopi Kenangan adalah bermain di regional dan global. Artinya pada 2022 dimana ditargetkan tercapai penjualan 5,5 juta cangkir per bulan atau 66 juta cangkir per tahun, konsumen bisa dengan mudah menemukan gerai Kopi Kenangan di Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, Beijing, Tokyo dan Seoul.

Selanjutnya merambah Dubai, Jeddah dan menyeberang ke Praha, Paris, London. Lalu terbang ke Los Angeles, Chicago dan New York. Sebuah visi besar menggetarkan yang jika terwujud akan menjadi kebanggaan Indonesia.

Mengapa berhasil?

Pertanyaan reflektif adalah mengapa dalam waktu lima tahun Kopi Kenangan mampu bertumbuh signifikan?

Buku babon menyoal bisnis rintisan dan menjadi rujukan banyak pihak adalah “The Lean Startup: How Today’s Entrepreneurs Use Continuous Innovation to Create Radically Successful Business” mahakarya Eric Ries.

Petuah Eric Ries jika Anda ingin mendirikan perusahaan rintisan maka Anda wajib memperhatikan tiga tahap.

Tahap pertama market validation. Bahwa perusahaan rintisan itu tetap menginjak bumi. Semua tidak di alam digital, di mana sering kenyataan dengan fantasi berbaur menjadi satu sehingga susah untuk mengidentifikasi apakah itu realitas atau bayang-bayang.

Untuk kasus Kopi Kenangan bahkan bisa dikatakan perusahaan ini bukan rintisan murni yang semua dikendalikan lewat platform dan produk turunannya. Kopi Kenangan ada produknya, ada gerainya. Platform dan perkakas digital lebih kepada perkakas pendukung.

Arti dari market validation adalah memahami kebutuhan konsumen. Berbasis pada data, yang dalam ranah digital menjelma menjadi algoritma, perusahaan memberi jalan keluar pada kebutuhan konsumen itu.

Bahwa kopi itu bukan sekedar minuman tetapi sudah merupakan gaya hidup. Bahwa kopi gaya hidup ini disajikan oleh perusahaan raksasa macam Starbucks, Coffee Bean and Tea Leaf, atau Excelso. Bahwa bagi pelajar, mahasiswa atau kaum muda yang baru berkarir, meneguk terus-menerus kopi gaya hidup dari kedai ini jelas akan menguras kantong.

Kopi Kenangan menawarkan jalan keluar nan cerdas. Kopi untuk gaya hidup dengan harga ekonomis. Cukup selembar duit dua puluh ribu - bahkan dapat kembalian - dapat menikmati kopi berkelas lagi elegan.

Baca juga: Jadi Unicorn, Kopi Kenangan Targetkan Punya 1.000 Gerai di Tahun 2022

Tahap kedua, product validation. Mau memakai pendekatan mbahnya manajemen Peter Drucker, bapaknya pemasaran Philips Kotler atau mahagurunya disrupsi Clayton Christensen, akhirnya yang dinikmati konsumen adalah produk/jasa. Karena itu perusahaan wajib memberikan produk yang sesuai bahkan melebihi harapan konsumen.

Menurut Eric Ries, product validation merupakan jalan keluar yang dilakukan untuk menjawab hasil kajian market validation. Perusahaan membuat prototipe yang akan diluncurkan ke pasar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com