JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan, pembiayaan utang neto berkurang Rp 310 triliun dari target APBN 2021, seiring menurunnya defisit APBN.
Tercatat, defisit APBN sepanjang 2021 lebih rendah Rp 222,7 triliun dari target APBN Rp 1.006,4 triliun. Realisasi defisit hingga Desember mencapai Rp 783,7 triliun atau setara 4,65 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) RI.
Baca juga: Sepanjang 2021, Defisit Fiskal Tembus Rp 783,7 Triliun
Bendahara negara ini menuturkan, turunnya penarikan utang membuat total pembiayaan anggaran menjadi Rp 868,6 triliun atau hanya 86,3 persen dari target APBN.
"Karena defisit kita makin kecil, pembiayaan anggaran mencapai Rp 868 triliun. Jauh lebih rendah dari Rp 1.006,4 triliun," ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (3/1/2022).
Baca juga: Sri Mulyani Prediksi Ekonomi Indonesia hanya Tumbuh 3,7 Persen Sepanjang 2021
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebut, penarikan utang memang lebih tinggi dibanding sebelum pandemi Covid-19 atau tahun 2019 lalu yang mencapai Rp 402,1 triliun. Namun, realisasi ini lebih rendah dibanding penarikan utang tahun 2020 yang sebesar Rp 1.193 triliun.
"Kita akan selalu hati-hati, jangan terjadi APBN shock dan mengalami penurunan yang menyebabkan pemulihan ekon juga mengalami pelemahan. Maka kita hati-hati dalam proses konsolidasi ini," sebutnya.
Baca juga: Belanja Subsidi Bengkak Lagi Setelah 2 Tahun Susut, Per 2021 Capai Rp 243,1 Triliun
Adapun rendahnya penarikan utang terjadi karena bagusnya penerimaan negara sepanjang 2021.
Wanita yang karib disapa Ani ini mencatat, pendapatan negara mencapai Rp 2.003,1 triliun atau terealisasi 114,9 persen dari target APBN yang sebesar Rp 1.743,6 triliun.
Pendapatan negara itu tumbuh sebesar 21,6 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 1.647,8 triliun.
Lalu, penerimaan pajak tumbuh 19,2 persen (yoy) mencapai Rp 1.277 triliun, atau sudah mencapai 103,9 persen dari target APBN Rp 1.229,6 triliun.
Adapun kepabeanan dan cukai mencapai Rp 269 triliun atau tumbuh 26,3 persen. Bea dan cukai ini sudah mencapai 125,1 persen dari target APBN Rp 215 triliun.
"Tapi tahun 2021 ini penerimaan kita bagus, pajak bagus, bea cukai bagus, dan semua tetap bagus sehingga konsolidasi terjadi tanpa kita mengurangi belanja," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.