KOMPAS.com - Sempat jadi incaran investor pasar modal, harga saham Bukalapak kini justru terus merosot drastis. Harganya kini bahkan sudah turun separuhnya dibandingkan saat pencatatan saham perdana alias Initial Public Offering (IPO).
Dikutip dari Kompas TV, Bukalapak yang resmi melantai ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021, saham dengan kode emiten BUKA tercatat sempat menguat sampai 210 poin atau 24,71 persen ke level Rp 1.060 per saham dari sebelumnya pada harga pembukaan di level Rp 850 per saham.
Investor yang memborong saham Bukalapak tak lepas euforia pencatatan saham perdana perusahaan tersebut sebagai e-commerce unicorn pertama di Indonesia.
BEI menyebutkan bahwa Bukalapak menjadi perusahaan ke-28 yang melakukan IPO di tahun 2021. Bahkan, sebanyak 96.000 investor antusias mengikuti pelaksanaan IPO Bukalapak.
Baca juga: Jadi Anak Buah Luhut, Gaji Rachmat Kaimuddin Lebih Kecil Dibandingkan di Bukalapak
Setelah mencapai harga tertingginya, saham Bukalapak terus merosot dari hari ke hari. Tak jarang, saham BUKA seringkali mentok sampai batas auto reject bawah (ARB). Harga sahamnya terus menjauhi level saat IPO di harga Rp 850 per lembarnya.
Karena itu, BEI selaku regulator harus melakukan suspensi alias penghentian sementara perdagangan saham Bukalapak.
Suspensi dilakukan BEI karena alasan seperti pergerakan harga, volume, frekuensi transaksi dan atau pola transaksi yang tidak biasa dari saham tertentu.
Selain dihajar sentimen negatif kiri kanan di pasar modal, reputasi Bukalapak juga terus memburuk seperti laporan keuangan yang merugi. Perusahaan ini mulai ditinggal para pendirinya.
Baca juga: Ini Jabatan Mantan Bos Bukalapak di Kemenko Kemaritiman dan Investasi
Ada pula anggapan emiten ini semakin kalah bersaing dibanding kompetitor e-commerce terbesar di Indonesia saat ini, yakni Shopee dan Tokopedia.
Jika ditarik secara historis, saham BUKA bahkan sudah terkoreksi sejak perdagangan 22 November 2021 secara berturut-turut alias tanpa terputus.
Sementara itu dilihat dari laman profil perusahaan tercatat BEI, pada 11 Oktober saham Bukalapak masih bisa diperdagangkan seharga Rp 820 per lembarnya.
Terbaru pada 4 Januari 2022, harga saham Bukalapak harga terendahnya berada pada level Rp 430 dan ditutup pada harga Rp 500 per lembarnya.
Baca juga: Eks Bos Bukalapak Rachmat Kaimuddin Direkrut Luhut Gabung Kemenko Marves
Meskipun merugi, kondisi keuangan BUKA mulai membaik. Pada sembilan bulan pertama tahun 2021 ini, BUKA mampu mengurangi kerugian bersihnya menjadi Rp 1,1 triliun.
Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, BUKA menanggung rugi hingga Rp 1,4 triliun. Dari segi topline, pendapatan sejak awal tahun hingga akhir September 2021 mampu bertumbuh 42 persen yoy menjadi Rp 1,3 triliun.
Dikutip dari Kontan, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, meskipun BUKA berhasil menekan kerugiannya, kerugian yang ditanggung saat ini terbilang masih besar. Sehingga, ada anggapan peluang BUKA untuk bisa mencetak laba di kemudian hari akan cukup sulit.
Apalagi persaingan di industri e-commerce sangatlah ketat, dan BUKA kalah pamor dibandingkan perusahaan market place lainnya, katakanlah seperti Shopee dan Tokopedia.
Baca juga: Mau Kerja di Pemerintahan, Jadi Alasan Rachmat Kaimuddin Mundur Dari CEO Bukalapak
Secara gamblang, hal ini bisa dilihat dari jumlah pengguna atau hasil unduh (download) di Playstore. Jumlah pengunduh aplikasi Bukalapak masih di angka 50 jutaan pengguna, sedangkan pesaingnya seperti Shopee dan Tokopedia sudah di angka 100 juta unduhan.
“Artinya Bukalapak ini sedikit kurang diminati,” sebut Sukarno seperti dilansir Kontan.co.id.
Jika dilihat secara teknikal, tren harga saham BUKA yang terus turun sebelum ada tanda atau sinyal reversal trend, maka penurunan saham bakal berlanjut.
Sukarno menyematkan rekomendasi wait and see untuk saham BUKA. Untuk mengurangi penurunan lebih dalam lagi, Sukarno menyebut pelaku pasar bisa menjual (sell) saham BUKA yang sudah dipegang.
Baca juga: Lau Eng Boon Mundur dari Komisaris Bukalapak, Ini Sebabnya
Sementara itu, analis teknikal Henan Putihrai Sekuritas Mayang Anggita menyebutkan, secara teknikal saham BUKA bergerak downtrend di dalam pola parallel channel, dengan kondisi saat ini menghadapi uji support pada lower channel di 456. Target konservatif berada pada MA10 di sekitar 560.
Namun, jika BUKA melanjutkan pelemahan, support selanjutnya berada pada target turun dari pola falling wedge di sekitar 400-396.
“Seiring posisinya yang ada di sekitar area support, maka boleh speculative buy dengan money management yang ketat (maksimal 20 persen), mengingat saat ini BUKA bergerak dalam tren turun,” kata Mayang.
Baca juga: Rachmat Kaimuddin Mundur Sebagai CEO Bukalapak, Bakal Emban Jabatan di Pemerintahan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.