Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Investor Saham Bukalapak: Dulu Rp 1.060, Kini Hanya Rp 430

Kompas.com - Diperbarui 05/01/2022, 23:10 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Sempat jadi incaran investor pasar modal, harga saham Bukalapak kini justru terus merosot drastis. Harganya kini bahkan sudah turun separuhnya dibandingkan saat pencatatan saham perdana alias Initial Public Offering (IPO).

Dikutip dari Kompas TV, Bukalapak yang resmi melantai ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021, saham dengan kode emiten BUKA tercatat sempat menguat sampai 210 poin atau 24,71 persen ke level Rp 1.060 per saham dari sebelumnya pada harga pembukaan di level Rp 850 per saham.

Investor yang memborong saham Bukalapak tak lepas euforia pencatatan saham perdana perusahaan tersebut sebagai e-commerce unicorn pertama di Indonesia. 

BEI menyebutkan bahwa Bukalapak menjadi perusahaan ke-28 yang melakukan IPO di tahun 2021. Bahkan, sebanyak 96.000 investor antusias mengikuti pelaksanaan IPO Bukalapak.

Baca juga: Jadi Anak Buah Luhut, Gaji Rachmat Kaimuddin Lebih Kecil Dibandingkan di Bukalapak

Saham Bukalapak terus anjlok

Setelah mencapai harga tertingginya, saham Bukalapak terus merosot dari hari ke hari. Tak jarang, saham BUKA seringkali mentok sampai batas auto reject bawah (ARB). Harga sahamnya terus menjauhi level saat IPO di harga Rp 850 per lembarnya.

Karena itu, BEI selaku regulator harus melakukan suspensi alias penghentian sementara perdagangan saham Bukalapak.

Suspensi dilakukan BEI karena alasan seperti pergerakan harga, volume, frekuensi transaksi dan atau pola transaksi yang tidak biasa dari saham tertentu.

Selain dihajar sentimen negatif kiri kanan di pasar modal, reputasi Bukalapak juga terus memburuk seperti laporan keuangan yang merugi. Perusahaan ini mulai ditinggal para pendirinya. 

Baca juga: Ini Jabatan Mantan Bos Bukalapak di Kemenko Kemaritiman dan Investasi

Ada pula anggapan emiten ini semakin kalah bersaing dibanding kompetitor e-commerce terbesar di Indonesia saat ini, yakni Shopee dan Tokopedia. 

Jika ditarik secara historis, saham BUKA bahkan sudah terkoreksi sejak perdagangan 22 November 2021 secara berturut-turut alias tanpa terputus.

Sementara itu dilihat dari laman profil perusahaan tercatat BEI, pada 11 Oktober saham Bukalapak masih bisa diperdagangkan seharga Rp 820 per lembarnya.

Terbaru pada 4 Januari 2022, harga saham Bukalapak harga terendahnya berada pada level Rp 430 dan ditutup pada harga Rp 500 per lembarnya. 

Baca juga: Eks Bos Bukalapak Rachmat Kaimuddin Direkrut Luhut Gabung Kemenko Marves

Terus merugi

Meskipun merugi, kondisi keuangan BUKA mulai membaik. Pada sembilan bulan pertama tahun 2021 ini, BUKA mampu mengurangi kerugian bersihnya menjadi Rp 1,1 triliun.

Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, BUKA menanggung rugi hingga Rp 1,4 triliun. Dari segi topline, pendapatan sejak awal tahun hingga akhir September 2021 mampu bertumbuh 42 persen yoy menjadi Rp 1,3 triliun.

Dikutip dari Kontan, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, meskipun BUKA berhasil menekan kerugiannya, kerugian yang ditanggung saat ini terbilang masih besar. Sehingga, ada anggapan peluang BUKA untuk bisa mencetak laba di kemudian hari akan cukup sulit.

Apalagi persaingan di industri e-commerce sangatlah ketat, dan BUKA kalah pamor dibandingkan perusahaan market place lainnya, katakanlah seperti Shopee dan Tokopedia.

Baca juga: Mau Kerja di Pemerintahan, Jadi Alasan Rachmat Kaimuddin Mundur Dari CEO Bukalapak

Secara gamblang, hal ini bisa dilihat dari jumlah pengguna atau hasil unduh (download) di Playstore. Jumlah pengunduh aplikasi Bukalapak masih di angka 50 jutaan pengguna, sedangkan pesaingnya seperti Shopee dan Tokopedia sudah di angka 100 juta unduhan.

“Artinya Bukalapak ini sedikit kurang diminati,” sebut Sukarno seperti dilansir Kontan.co.id. 

Jika dilihat secara teknikal, tren harga saham BUKA yang terus turun sebelum ada tanda atau sinyal reversal trend, maka penurunan saham bakal berlanjut.

Sukarno menyematkan rekomendasi wait and see untuk saham BUKA. Untuk mengurangi penurunan lebih dalam lagi, Sukarno menyebut pelaku pasar bisa menjual (sell) saham BUKA yang sudah dipegang.

Baca juga: Lau Eng Boon Mundur dari Komisaris Bukalapak, Ini Sebabnya

Sementara itu, analis teknikal Henan Putihrai Sekuritas Mayang Anggita menyebutkan, secara teknikal saham BUKA bergerak downtrend di dalam pola parallel channel, dengan kondisi saat ini menghadapi uji support pada lower channel di 456. Target konservatif berada pada MA10 di sekitar 560.

Namun, jika BUKA melanjutkan pelemahan, support selanjutnya berada pada target turun dari pola falling wedge di sekitar 400-396.

“Seiring posisinya yang ada di sekitar area support, maka boleh speculative buy dengan money management yang ketat (maksimal 20 persen), mengingat saat ini BUKA bergerak dalam tren turun,” kata Mayang.

Baca juga: Rachmat Kaimuddin Mundur Sebagai CEO Bukalapak, Bakal Emban Jabatan di Pemerintahan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Heboh Loker KAI Dianggap Sulit, Berapa Sih Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com