Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dita Merintis Bisnis Pakaian Dalam Bermodal Rp 500 Ribu, Kian Sukses Kala Pandemi

Kompas.com - 05/01/2022, 21:59 WIB
Muhammad Idris

Penulis

SRAGEN, KOMPAS.com - Virdita Rizki Ratriani barangkali tak menyangka, jika keputusannya berhenti dari pekerjaan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta dan memilih hidup di kampung halaman justru membawanya terjun di bisnis konveksi.

Dita, sapaan akrabnya, sadar dengan memilih hidup di sebuah desa di Kabupaten Sragen, hampir mustahil menemukan pekerjaan yang sesuai dengan pengalamannya di bidang media. Menekuni bisnis jadi alternatif paling realistis agar tetap berpenghasilan. 

Ia sempat bingung memulai usaha. Terlebih uang sisa tabungannya selama bekerja juga habis untuk membangun rumah bersama sang suami. Pilihan akhirnya jatuh pada bisnis konveksi.  

"Konveksi paling memungkinkan, karena di Sragen ada beberapa konveksi yang bisa diajak kerja sama. Di tahap awal, karena modal masih sedikit, hanya menjadi reseller. Modalnya Rp 500 ribu," ungkap Dita. 

Ia menjual berbagai macam produk konveksi rumahan dari mulai daster, celana kolor, busana muslim, hingga celana dalam. Pemasoknya pun berasal dari Sragen dan kabupaten tetangga yang sebelumnya ia dapatkan, baik melalui kenalan maupun informasi di internet.

Di penghujung 2019, setiap akhir pekan, Dita membuka lapak saat gelaran Car Free Day (CFD). Usahanya cukup berkembang meski hanya berjualan dua hari dalam seminggu. 

Dari hasil keuntungannya, ia putar kembali untuk menambah kulakan. Namun hal itu tak berlangsung lama, karena pemerintah setempat melarang aktivitas tersebut selama masa pandemi Covid-19. 

"Dari jualan di pinggir jalan, akhirnya terpaksa membuka toko online setelah pandemi. Jualan online juga di awal susah payah, sampai satu bulan tidak ada pembeli sama sekali. Kepala sempat pening juga, barang sisa banyak, tapi tidak ada sama sekali yang membeli," ujarnya.

Selain sepi pembeli, saat pertama mencoba, Dita sempat diremehkan tetangga, bahkan keluarga. Mereka tidak yakin usaha menjual berbagai produk konveksi dari pedesaan bisa mencari pasar. 

Berbagai cara sudah dilakukan untuk menarik pembeli. Dengan bantuan suami, berbagai foto produk ia permak beberapa kali. Modal yang ia kantongi dari keuntungan berjualan sebelumnya juga habis untuk beriklan. 

Sempat nyaris menyerah, peruntungannya datang setelah sekitar enam bulan toko daring miliknya berjalan. Ia mengaku tak mengetahui persis kenapa tiba-tiba tokonya mulai ramai dikunjungi pembeli.

"Waktu itu pertengahan tahun 2020. Pesanan online dari produk celana dalam melonjak drastis. Kebetulan saat itu musim hujan, mungkin banyak orang memang membutuhkan celana dalam pengganti," ucapnya.

Untuk pengiriman pesanan barang yang masuk di online miliknya, ia juga tak ambil pusing. Ini karena seorang agen JNE di dekat rumahnya menawarkan layanan penjemputan barang atau pickup. 

"Dari online daftar di dua marketplace. Beberapa pesanan yang masuk otomatis banyak yang menggunakan jasa kirim JNE," kata Dita.

Penjualannya terus meningkat, dalam sebulan ia mengaku bisa mengantongi omzet Rp 12 juta. Penjualan dari toko online bahkan sudah jauh melampaui dibandingkan saat dirinya membuka lapak saat CFD. 

Dengan omzet yang terus bertambah, Dita harus memesan lebih banyak produk konveksi untuk menambah stoknya. Meski berjualan dari pelosok desa, pembelinya datang dari berbagai daerah di Indonesia. 

Dita tidak memiliki toko fisik dan hanya mengandalkan rumah tinggalMuhammad Idris/Kompas.com Dita tidak memiliki toko fisik dan hanya mengandalkan rumah tinggal

Dita mengaku tak hanya mengandalkan marketplace. Untuk pasar lokal, ia banyak mempromosikan barang dagangannya di media sosial. 

Strategi itu rupanya cukup efektif. Meski tak punya toko secara fisik, banyak pembeli yang datang langsung ke rumahnya setelah dirinya mengunggah produk konveksinya. 

"Untuk beberapa produk bisa pesan ke penjahit kenalan. Ada rasa bangga karena bisa ikut membantu para penjahit di desa, secara kebetulan juga dekat JNE, sehingga memudahkan pengiriman barang," ungkap Dita. 

#JNE31tahun, #JNEMajuIndonesia dan #jnecontentcompetition2021

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com