Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investasi Hijau Ciptakan 4,4 Juta Lapangan Kerja Baru di Indonesia pada 2030

Kompas.com - 06/01/2022, 17:26 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Investasi hijau dalam ekonomi sirkular bisa menciptakan 4,4 juta lapangan kerja baru di Indonesia pada 2030. Dari jumlah itu, 75 persennya atau sebanyak 3,3 juta pekerjaan diperuntukkan bagi tenaga kerja perempuan.

Hal itu disampaikan Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Medrilzam dalam webinar "Transisi Ekonomi Hijau", Kamis (6/1/2022).

Baca juga: Jika Tak Terapkan Ekonomi Hijau, Indonesia Sulit Jadi Negara Maju 2045

Selain membuka lapangan kerja baru, investasi hijau dalam ekonomi sirkular juga dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hingga sekitar Rp 593 triliun-Rp 638 triliun di 2030.

"Ada penciptaan 4,4 juta lapangan kerja baru kalau misalnya ini kita laksanakan dengan baik. Dari hasil kajian yang sudah kami buat, ternyata sirkular ekonomi bila diterapkan kontribusi PDB ini sangat besar, hampir 600 triliun," kata Medrilzam seperti dikutip dari Antaranews.com, Kamis (6/1/2022).

Baca juga: Strategi BEI Tingkatkan Investasi Hijau di Pasar Modal

Dengan ekonomi sirkular, lanjutnya, akan mengurangi limbah sebesar 18 persen-52 persen dibandingkan business as usual pada 2030. Dengan demikian, berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 126 juta ton karbon dioksida.

"Ini kesannya seperti mimpi, tapi di luar negeri sudah mulai mengarah ke sana. Sudah ada beberapa negara mulai mendeklarasikan bahwa hampir semua produk-produknya dihasilkan dari proses sirkular ekonomi," lanjut Medrilzam.

Baca juga: Erick Thohir Minta BUMN Energi Bertranformasi ke Ekonomi Hijau

Jika Tak Terapkan Ekonomi Hijau, Indonesia Sulit Jadi Negara Maju 2045

Sebelumnya, medrilzam mengatakan jika Indonesia sulit mencapai target sebagai negara maju 2045 seperti dicanangkan Presiden Joko Widodo jika tidak menerapkan ekonomi hijau.

Ekonomi hijau menjadi model pembangunan yang dapat mencegah perubahan iklim lebih lanjut agar lingkungan tidak rusak dan tidak merugikan Indonesia.

"Kalau kita masih melakukan business as usual (tidak berubah) ini akan meningkatkan emisi kita, walaupun intensitas emisi gas rumah kaca kita menurun, tapi kelihatannya proyeksi emisi kita akan banyak didominasi oleh sektor energi dan ini perlu disikapi dengan baik," kata Medrizal, seperti dikutip dari Antaranews.com, Kamis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com