Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Potensi Kenaikan Suku Bunga, Simak Rekomendasi Portofolio Investasi Tahun 2022

Kompas.com - 11/01/2022, 19:30 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Potensi kenaikan suku bunga acuan di berbagai negara diproyeksi menjadi salah satu sentimen utama sejumlah instrumen investasi pada tahun ini.

Dengan adanya sentimen tersebut, instrumen investasi seperti surat utang negara dan obligasi ritel diprediksi menjadi semakin menarik bagi investor, khususnya yang bersifat konservatif, atau mereka yang cenderung menempatkan dana investasinya di instrumen beresiko rendah.

"Kalau misal suku bunga naik, berarti suku bunga obligasi negara akan naik juga," kata Perencana Keuangan, Andi Nugroho, kepada Kompas.com, Selasa (11/1/2022).

Baca juga: Tiga Tips Memulai Investasi, Belajar dari Pengalaman Korban Wanprestasi Yusuf Mansur

Bagi investor yang memiliki profil risiko moderat atau konservatif, Andi merekomendasikan untuk mengalokasikan sebagian dana investasinya ke surat utang negara atau obligasi ritel, ketimbang deposito bank pada tahun ini.

"Kenapa Saya lebih menyarankan surat utang negara? Karena dibandingkan dengan deposito suku bunganya sudah di atas deposito. Dan bisa dibilang sangat aman, karena penjaminnya pemerintah sendiri," tutur dia.

Selain itu, walaupun ada potensi kenaikan suku bunga acuan dari bank sentral di berbagai negara, Andi menilai, saham menjadi instrumen investasi yang menarik bagi para investor yang memiliki profil risiko agresif.

Pasalnya, tren pemulihan ekonomi nasional diprediksi mampu mendongkrak perkembangan pasar saham di Tanah Air.

"Kalau membaca kondisi saat ini di mana kondisi ekonomi sudah mulai pulih, industri sudah mulai aktif lagi, Saya sepakat dengan para analis, itu yang akan memberikan untung paling besar di pasar saham," tuturnya.

Meskipun demikian, Ia mengingatkan kepada para investor, khususnya para pemula, untuk tetap fokus memperhatikan fundamental saham, ketimbang sekedar ikut-ikutan pihak lain.

"Kalau istilah sekarang FOMO, fear of missing out, jangan seperti itu," katanya.

Baca juga: Investasi Saham Haram? Ini Pendapat Sandiaga Uno

Lebih lanjut, Ia memberikan rekomendasi alokasi investasi yang dapat disesuaikan setiap profil risiko investor.

Untuk investor dengan profil risiko agresif, Ia merekemondasikan penempatan 80 persen dana investasi di pasar saham dan 20 persen di instrumen investasi beresiko rendah seperti surat utang negara atau logam mulia.

Kemudian untuk investor dengan profil moderat dapat mengalokasikan 25 persen dana investasinya di surat utang negara, 25 persen di reksadana berbasis saham atau campuran, 25 persen di logam mulia, dan 25 persen sisanya di pasar saham.

Terakhir, untuk investor dengan profil konservatif, dapat menempatkan 50 persen dana investasinya di surat utang negara, 10 persen di logam mulia, dan 40 persen sisanay di reksadana berbasis campuran.

"Karena kondisi up-tren seperti ini, investor bisa kendorin sedikit ikat pinggang," ucap Andi.

Baca juga: Waspada Investasi Forex Bodong, Perhatikan Hal-hal Ini Sebelum Pakai Robot Trading

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com