BANDUNG, KOMPAS.com - General Manager Costumer Satisfaction PT Sharp Electronics Indonesia, Ronald R Huwae mengatakan, setelah sempat terpukul pandemi Covid-19, kondisi ekonomi sekarang mulai naik perlahan.
"Kalau melihat market, di awal pandemi keseluruhan industri mengalami penurunan 20-30 persen," ujar Ronald di SMKN 4 Bandung, Jumat (14/1/2021).
Sharp sebagai industri di bidang elektronika terbantu dengan WFH (work from home). Sebab semua kegiatan di rumah membutuhkan berbagai alat elektronika.
Baca juga: Sharp, Pabrikan Elektronik Jepang, Kini Jualan Masker di Indonesia
Akhir-akhir ini, kondisi industri mulai membaik. Sharp sendiri bisa melampaui target pertumbuhan tahun 2021. Kontribusi terbesar pertumbuhan datang dari empat produk yaitu TV LCD, lemari es, mesin cuci, dan AC.
Dengan kondisi perekonomian yang membaik, pelaku industri siap untuk berlomba tahun ini. Termasuk Sharp yang siap tancap gas dengan pertumbuhan market di atas 30 persen.
Ada beragam strategi yang dilakukan Sharp pada 2022. Salah satunya dengan memasukkan produk-produk baru berteknologi tinggi. Seperti laptop dan handphone, kemudian plasmacluster untuk penjernih ruangan dan membunuh bakteri serta virus.
"Pasar alat ini bagus. Apalagi pandemi gini, kita sering kehabisan stok (plasmacluster)," tutur dia.
Baca juga: Sharp dan LG akan Relokasi Pabriknya ke Indonesia
Strategi lainnya adalah menggelar kembali program Sharp Class. Yakni program pendampingan dan pelatihan tim profesional Sharp kepada siswa-siswi SMK.
Tujuannya, ketika pasar menjadi semakin besar dan tercipta pengembangan investasi, maka dibutuhkan SDM berkualitas. Dengan program ini, Sharp sudah menyiapkan SDM unggul tersebut.
Hingga kini sudah ada 570 siswa-siswi SMK di Indonesia yang mengikuti program ini. Di antara mereka ada pula yang akhirnya bekerja di Sharp.
Program ini berhenti selama dua tahun karena pandemi. Baru 2022, program ini kembali dijalankan.
Melalui program ini, ia berharap bisa membantu penyerapan lulusan SMK di Indonesia yang menurut BPS menempati peringat pertama tingkat pengangguran terbuka (TPT) Nasional.
Data BPS per Agustus 2021, TPT nasional yang berasal dari lulusan SMK mencapai 11,13 persen.
"Jumlah pegawai kami 2.500 orang, dari jumlah itu lebih dari 60 persennya lulusan SMK," beber dia.
Kepala SMKN 4 Bandung, Agus Setiawan mengatakan, kerja sama ini penting untuk menciptakan link and match sekolah dengan dunia industri.
"Saya berharap, kegiatan ini dapat meningkatkan kompetensi siswa-siswi kami dan siap sain di dunia kerja setelah lulus nanti," beber dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.