Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Batu Bara Turun, Ekspor Desember Terkoreksi 2,04 Persen

Kompas.com - 17/01/2022, 15:02 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor pada bulan Desember 2021 turuan 2,04 persen secara bulanan (month to month/mtm) menjadi 22,38 miliar dollar AS. Angkanya setara dengan Rp 320 triliun (kurs Rp 14.300/dollar AS).

Ekspor pada bulan terakhir di tahun 2021 itu tidak mampu melampaui ekspor bulan November yang tembus 22,84 miliar dollar AS. Ekspor bulan November menjadi capaian tertinggi sepanjang 2021.

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, turunnya ekspor tak lepas dari permintaan dan harga batu bara yang mulai menurun, setelah nilainya melonjak drastis bersama kelapa sawit dan komoditas unggulan Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara menurun dari 215,01 dollar AS per ton menjadi 159,79 dollar AS per ton.

Baca juga: Surplus Neraca Dagang RI Tembus 35 Miliar Dollar AS, Tertinggi sejak 15 Tahun Terakhir

"Secara agregat ini terjadi karena turunnya permintaan dan harga untuk beberapa komoditas. Permintaan batu bara menurun dari Palestina dan India," kata Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (17/1/2022).

Margo menuturkan, turunnya kinerja ekspor pada Desember 2021 terjadi merata di sektor migas maupun nonmigas. Ekspor migas selama Desember mencapai 1,09 miliar dollar AS atau turun 17,93 persen. Sementara ekspor nonmigas mencapai 21,28 miliar dollar AS, atau turun 1,06 persen.

Namun jika dibandingkan secara tahunan (year on year/yoy), ekspor bulan Desember 2021 masih lebih baik dibanding Desember 2020, atau meningkat 35,30 persen.

"Migasnya meningkat 7,33 persen, nonmigas meningkat 37,13 persen. Jadi kinerja ekspor Desember 2021 masih cukup bagus dibanding Des 2020," ucap Margo.

Menurut sektornya, ekspor bergerak di zona merah kecuali industri pengolahan yang tumbuh 5,06 persen (mtm). Sektor migas mengalami turun hingga 17,93 persen, kehutanan pertanian perikanan turun 6,52 persen, serta industri pertambangan dan lainnya turun 21,20 persen.

Komoditas dengan penurunan tertinggi pada sektor pertambangan dan lainnya adalah batu apung dan sejenisnya turun 46,37 persen, lignit  turun 33,84 persen, serta bijih tembaga  turun 32,52 persen.

Baca juga: Sepanjang 2021, Ekspor RI Tembus Rp 3.311 Triliun, Capaian Tertinggi dari Industri Pengolahan

"Sedangkan sektor pengolahan satu-satunya sektor yang tumbuh, komoditas yang dominan menyumbang pertumbuhan adalah nikel naik 64,37 persen, minyak kelapa sawit naik 19,97 persen, serta pakaian jadi dari tekstil naik 17,47 persen," ujar Margo.

Secara tahunan (year on year/yoy) semua sektor tersebut mengalami peningkatan, kecuali pertanian, kehutanan, dan perikanan yang terkontraksi  turun 7,51 persen.

Ekspor ke China turun tajam

Berdasarkan negara tujuannya kata Margo, ekspor ke China mencatat penurunan tertinggi sebesar 310,4 juta dollar AS. Diikuti Malaysia turun 224,1 juta dollar AS, Swiss menurun 162,2 juta dollar AS, Spanyol turun 110,5 juta dollar AS, dan Filipina turun 104,2 juta dollar AS.

Margo menjelaskan, penyebab turunnya ekspor RI ke China karena adanya penurunan ekspor bahan bakar mineral (HS 27) dan lemak dan minyak hewan nabati (HS 15).

Di sisi lain, RI juga menikmati peningkatan ekspor yang tinggi di 5 negara, yakni Pakistan senilai 140,9 juta dollar AS, Mesir 111,7 juta dollar AS, Amerika Serikat 100,8 juta dollar AS, Thailand senilai 96,4 juta dollar AS, serta Taiwan 90 juta dollar AS.

"Namun pangsa ekspor Indonesia tidak berubah, China menjadi yang terbesar dengan share 23,97 persen dari total ekspor non migas, diikuti AS 12,41 persen, dan Jepang 7,69 persen," tandas Margo.

Baca juga: Jual Foto KTP sebagai NFT Bisa Dipenjara dan Denda hingga Rp 1 Miliar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com