Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Subsektor Ini Paling Kuat Pengaruhnya untuk Pulihkan Industri di Jawa Barat

Kompas.com - 18/01/2022, 16:12 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Untuk mendorong akselerasi pemulihan industri di Jawa Barat terdapat lima subsektor yang direkomendasikan untuk mendapatkan perhatian.

"Yakni industri tekstil dan pakaian jadi, industri kimia farmasi dan obat tradisional, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik optik dan peralatan listrik, industri mesin dan perlengkapan, serta industri alat angkutan," ujar Ketua Tim Riset West Java Economics Society (WJES) Vera Intanie saat dihubungi Selasa (18/1/2022).

Dewi mengatakan, berdasarkan Kajian Peta Dampak Pandemi Terhadap Industri Manufaktur Jawa Barat dan Solusinya, terindikasi banyak industri yang terdampak, khususnya akibat PPKM.

Baca juga: Sepanjang 2021, Ekspor RI Tembus Rp 3.311 Triliun, Capaian Tertinggi dari Industri Pengolahan

Dampak yang dirasakan umumnya berupa penurunan kapasitas produksi.

Penurunan tersebut dikarenakan pengurangan jam kerja maupun jumlah tenaga kerja, khususnya pada industri non esensial.

“Kelima subsektor tersebut memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Jabar karena memiliki daya dorong (forward linkages) dan daya tarik (backward linkages), serta efek mutilplier yang lebih besar dibandingkan subsektor industri lainnya,” beber dia.

Kelima subsektor tersebut berperan dalam perkembangan sektor–sektor industri lainnya. Kelima sektor ini pun lebih besar pengaruhnya, sehingga sangat direkomendasikan menjadi sektor prioritas dalam kebijakan pengembangan usahanya.

Baca juga: Industri Membaik, Sharp Tancap Gas, Ini Strategi yang Dilakukan

Subsektor terunggul adalah Industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik. Sektor tersebut memiliki nilai keterkaitan tertinggi baik pada daya dorong maupun daya tarik.

“Subsektor ini memiliki angka pengganda output yang besar yakni 2.303938, nilai pengganda pendapatan 0.201669 dan memberikan kontribusi terhadap total output. Nilai Total Bruto dan nilai permintaan akhir yang tertinggi pertama dan di atas rata-rata sektor,” katanya.

Disusul subsektor Industri kimia, farmasi dan obat tradisional. Subsektor ini memiliki angka penganda output yang terbesar yaitu sebesar 2.31972, nilai pengganda pendapatan 0.112845 dan memberikan kontribusi terhadap total output.

Baca juga: Indonesia-Jepang Kian Perkuat Kerja Sama Industri Otomotif, Teknologi Digital hingga Energi Terbarukan

Adapun nilai total bruto tinggi di atas rata rata, namun nilai permintaan akhir yang masih harus didorong.

Kemudian, industri mesin dan perlengkapan YTDL. Subsektor ini memiliki angka pengganda output 2.100566, nilai pengganda pendapatan 0.148786 dan memberikan kontribusi terhadap total output, nilai Total Bruto dan nilai permintaan akhir yang tinggi.

Keempat industri tekstil dan pakaian jadi, dengan angka penganda output 2.110029, nilai pengganda pendapatan 0.190697.

Kelima industri alat angkutan dengan pengganda output 1.932564.

 

9 Subsektor

Selain itu, terdapat sembilan subsektor industri yang memiliki potensi berkembang sehingga dapat turut mendorong pemulihan ekonomi Jabar.

Yakni industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan dan peralatan, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, industri kertas, dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman.

Kemudian, industri barang galian bukan logam, industri kayu, barang dari kayu dan gabus, dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya, industri karet, barang dari karet dan plastik, industri batubara dan pengilangan migas.

“Kesembilan subsektor tersebut memiliki potensi berkembang, namun dampak terhadap pendapatan dan output masih perlu ditingkatkan,” katanya.
Kebijakan

Vera mengungkapkan, ada beberapa kebijakan yang bisa diambil pemerintah untuk mendorong kinerja dari subsektor industri unggul dan subsektor industri potensial.

Yakni pertama, menjaga kontinuitas operasional usaha dan produksi berbagai subsektor industri tersebut, baik dalam situasi pandemi maupun kondisi normal.

Kedua, kebijakan konsultatif dan pendampingan untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Ketiga, memberikan insentif atau kemudahan untuk mendorong digitalisasi dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi dan perluasan pasar.

Keempat terus melanjutkan pembangunan infrastruktur logistik sesuai tahapan yang direncanakan. Kemajuan infrastruktur logistik akan berperan besar mendongkrak kinerja industri.

“Prioritas perlu diarahkan pada jaringan logistik, akses ke pelabuhan, perpanjangan jalan tol, dan jaringan internet handal,” ujarnya.

Kelima memberikan kemudahan impor bahan baku bagi industri yang bahan bakunya tidak tersedia di Indonesia.

Keenam, mendorong pengembangan industri pendukung untuk mengurangi ketergantungan bahan baku impor.

“Ketujuh memberikan insentif, misalnya relaksasi pajak untuk industri yang berhasil dalam inovasi dan digitalisasi,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com