Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF Sebut Pemulihan Ekonomi 2022 Lebih Sulit Dibanding 2020, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 24/01/2022, 11:36 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) Kristalina Georgieva mengungkapkan, beberapa tantangan global di dunia membuat pemulihan ekonomi di tahun 2022 menjadi lebih sulit dibanding 2020.

Pasalnya, tantangan tersebut hanya terjadi di beberapa negara. Hal ini berbeda dengan tahun 2020 yang memiliki tantangan sama, yaitu terhentinya ekonomi di semua negara.

“Kekhususan negara itulah yang membuat 2022, dengan cara tertentu, bahkan lebih sulit daripada 2020,” kata Georgieva dikutip dari CNBC, Senin (24/1/2022).

Georgieva menuturkan, tantangan yang berbeda di semua negara membuat IMF harus memiliki kebijakan yang berbeda. Dia mengaku, hal ini membuat pekerjaan di IMF lebih rumit dan lebih sulit.

Baca juga: Selain Omicron, Ekonomi RI 2022 Juga Dipengaruhi oleh Kenaikan Tarif Listrik, Elpiji, BBM hingga Cukai Rokok

“Pada tahun 2020, kami memiliki kebijakan serupa di mana-mana karena kami melawan masalah yang sama, yaitu terhentinya ekonomi. Pada 2022, kondisi di negara-negara lain sangat berbeda, jadi kami tidak bisa lagi memiliki kebijakan yang sama di mana-mana, harus spesifik dan itu membuat pekerjaan kami di 2022 jauh lebih rumit," ungkap dia.

Adapun tantangan yang dimaksud adalah kenaikan inflasi, pandemi Covid-19, dan tingkat utang yang tinggi. Berkenaan dengan inflasi, risiko ini hanya menjangkiti sejumlah negara, seperti zona eropa, AS, dan sebagian negara-negara asia.

Inflasi di benua Eropa mencapai rekor tertinggi sebesar 5 persen pada bulan Desember. Tingkat inflasi Inggris mencapai yang tertinggi sejak 30 tahun terakhir. Begitu juga di AS yang mencetak rekor sekitar 8 persen, menjadi laju tercepat sejak Juni 1982.

Dia tak memungkiri, tantangan membuat momentum pemulihan ekonomi menjadi hilang di tahun 2022. Oleh karena itu, pembuat kebijakan harus fleksibel mengambil kebijakan sebagai resolusi 2022.

"Jadi tahun 2022 seperti menavigasi rintangan,” kata dia.

Di sisi lain, ada tantangan tambahan buat negara dengan tingkat utang berdenominasi dolar yang tinggi. Negara ini rentan bermasalah ketika The Fed menaikkan suku bunga acuan.

Pasalnya, kenaikan suku bunga membuat negara-negara membayar utang berdenominasi dollar mereka menjadi lebih mahal. Tak heran Georgieva menggunakan istilah "membuang air dingin" karena membuat ekonomi justru makin panas.

Pada Desember 2020 saja, utang global mencapai 226 triliun dollar AS. Jumlahnya mencatat rekor sebagai kenaikan setahun terbesar sejak Perang Dunia II.

Oleh karena itu, The Fed perlu mengomunikasikan rencana kebijakannya untuk mencegah kejutan di negara-negara lain. Di sisi lain, negara dengan tingkat utang tinggi harus beraksi dan mengambil langkah dari sekarang sebelum The Fed meningkatkan suku bunga.

“Bertindaklah sekarang. Jika Anda dapat memperpanjang jatuh tempo, silakan lakukan. Jika Anda memiliki ketidakcocokan mata uang, sekaranglah saatnya untuk mengatasinya," tandasnya.

Baca juga: IMF Akan Berikan Fasilitas SDR ke Indonesia, Ini Tujuannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sambil Makan Durian, Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat

Sambil Makan Durian, Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat

Whats New
Ciptakan Ekosistem Perkebunan yang Kompetitif, Kementan Gelar Kegiatan Skena 

Ciptakan Ekosistem Perkebunan yang Kompetitif, Kementan Gelar Kegiatan Skena 

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Menteri ESDM Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Whats New
Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com