JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memperkirakan bakal ada 3-4 kali lipat tenaga kerja yang terserap dalam proyek hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) yang berada di kawasan Industri Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Bahkan, Bahlil memastikan tenaga kerja yang akan dipekerjakan dalam proyek tersebut keseluruhannya merupakan pekerja lokal.
Baca juga: Proyek Hilirisasi Batu Bara Jadi DME Resmi Dibangun, Bahlil: Investasi Full dari Amerika
Termasuk, melibatkan pekerja dari PT Pertamina (Persero) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang keduanya merupakan pengelola dari investasi yang disalurkan oleh Air Products and Chemicals, Inc (APCI) ke Indonesia.
"Tapi kalau yang tidak langsung, kontraktornya, sub-kontraktornya, multiplier effect itu bisa tiga sampai empat kali lipat dari yang ada. Jadi, Air Products saya panggil, tenaga kerjanya 95 persen dari Indonesia," kata dia dalam Groundbreaking Proyek Hilirisasi Batu Bara Menjadi DME ditayangkan secara virtual, Senin (24/1/2022).
"Dan lima persen itu hanya masa konstruksi, masa produksinya itu melibatkan PTBA dan PT Pertamina. Lapangan pekerjaannya semuanya dari Indonesia," lanjutnya.
Baca juga: Groundbreaking Hilirisasi Batu Bara Jadi DME, Jokowi: Bisa Hemat Subsidi Elpiji Rp 7 Triliun
Bahlil menyebut, pekerjaan hilirisasi itu akan menghasilkan lapangan pekerjaan 12.000 sampai 13.000 konstruksi yang dilakukan oleh Air Products. Kemudian, kurang lebih sekitar 11.000 sampai 12.000 tenaga kerja dilakukan di hilir oleh Pertamina.
"Ditambah lagi, begitu eksisting berproduksi, lapangan pekerjaan yang tetap disiapkan sebanyak 3.000, itu yang langsung," sambung dia.
Baca juga: Gas Elpiji Akan Diganti DME, Apa Bedanya Buat Masak?
Dengan dimulainya proyek hilirisasi DME ini, dipastikan akan mengurangi substitusi impor yang rata-rata selama setahun mencapai 6-7 juta metric ton.
"Terpenting adalah hasil output dari gasifikasi ini mengurangi impor kita. Jadi impor kita ini, gas elpiji rata-rata 1 tahun 6 juta sampai 7 juta (metric ton)," sebut Bahlil.
Baca juga: Pertamina, Bukit Asam, dan Air Products Sepakati Proyek Gasifikasi Batu Bara
Sebagaimana diketahui, perusahaan gas asal Amerika Serikat (AS), Air Products and Chemicals, Inc berinvestasi ke proyek gasifikasi RI, senilai Rp 33 triliun.
Proyek ini sebelumnya telah ditandai dengan penandatanganan amandemen perjanjian kerja sama pengembangan DME antara Pertamina, PTBA, dan APCI yang dilakukan di Los Angeles, AS dan Jakarta, Indonesia, pada 11 Mei 2021.
Adapun perjanjian itu ditandatangani oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Direktur Utama PTBA Suryo Eko Hadianto, dan President and Chief Executive Officer (CEO) APCI Seifi Ghasemi. Penandatanganan disaksikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Dalam perjanjian ini, selain untuk mengurangi ketergantungan pada impor liquid petroleum gas (LPG), pembangunan proyek gasifikasi batu bara juga merupakan upaya untuk mewujudkan ketahanan energi dan penguatan green economy di Indonesia.
Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Adapun proyek strategis nasional yang berada di Tanjung Enim itu akan berlangsung selama 20 tahun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek tersebut dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.