Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Enggak Mungkin Saya Sembunyikan Utang...

Kompas.com - 24/01/2022, 16:17 WIB
Fika Nurul Ulya,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menampik isu bahwa pemerintah suka memecah besaran utang supaya tidak terlihat memiliki utang besar.

Pasalnya, mekanisme penarikan utang untuk menutup defisit anggaran sudah diatur dalam UU APBN tahun berjalan. Pemerintah mau tidak mau harus mematuhi UU tersebut mengingat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selalu melakukan audit di akhir tahun.

APBN pun disusun bersama oleh pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI melalui sejumlah pertemuan yang memakan waktu berbulan-bulan.

Baca juga: Disentil Sri Mulyani, Menteri Kelautan dan Perikanan Janji Setor PNBP 12 Kali Lipat

"Kalau kita berutang itu dilakukan dalam mekanisme APBN. Kalau ditanya apa benar utang dipecah supaya enggak kelihatan? APBN itu kita susun bersama. Jadi enggak mungkin saya sembunyikan (utang) ke kiri dan ke kanan. Kalau ada yang bisa nyembunyiin (utang), ya tukang sulap," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Komite IV DPD RI, Senin (24/1/2022).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengungkapkan, besaran penarikan utang dalam APBN sudah didiskusikan terlebih dahulu.

Dalam penyusunan APBN misalnya, pihaknya memasukkan asumsi dasar makro dalam KEM PPKF yang didiskusikan dengan Bappenas dan Bank Indonesia.

Dengan asumsi dasar makro dan target-target pembangunan, pemerintah kemudian mendiskusikan target-target pendapatan dan belanja negara, serta besaran utang untuk menutup defisit.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Dana Pemda Mengendap di Bank Capai Rp 113,38 Triliun, Jatim Paling Besar

"Kami sampaikan kira-kira tahun depan sekian, suku bunga sekian, dan pembangunan maunya sekian. Kita bahas dengan DPD, kemudian dikasih komentar. DPR juga kasih komentar. Kesimpulannya saya tulis lagi buat dibawa ke kabinet, kemudian Pak Presiden menulis nota keuangan. Jadi enggak mungkin saya sembunyikan (utang)," jelasnya.

Lebih lanjut, dia berujar, penarikan utang dilakukan secara terencana sesuai dengan target dalam UU. Besarannya pun selalu diberi tahu secara transparan oleh Bank Indonesia, baik utang luar negeri (ULN) pemerintah maupun ULN swasta.

"Utang pemerintah itu tiap tahun dikasih tahu berapa jumlahnya, kalau defisit sekian berarti akan ngutang segini. Saya sudah ngomong. Begitu (menarik utang, dibilang), 'Sri Mulyani suka nambah utang sekian'. Kayaknya saya lagi hobi ngutang, kan enggak begitu," jelas dia.

Terkait utang luar negeri, dia mengaku terus mengelola porsinya dan memantau bersama BI. Pengelolaan dilakukan agar exposure utang tidak terlalu besar seperti pada masa krisis moneter tahun 1997-1998.

Pengelolaan porsi utang juga membuat RI tidak terlalu terdampak ketika bank sentral AS, The Fed, menaikkan suku bunga acuan.

"Komposisi kita lihat, tujuannya karena negara ini tetapi kita harus jaga. Jangan sampai terjadi ketika AS mengubah suku bunga, mereka (korporasi) sulit membayar jika utang memakai suku bunga mengambang. Makanya, kami monitor," tandas dia.

Baca juga: Sri Mulyani Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Tembus 4 Persen Sepanjang 2021

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Sebut Harga Pertalite Bisa Turun, Menteri ESDM: Kalau Minyak Mentah di Bawah 60 Dollar AS

Sebut Harga Pertalite Bisa Turun, Menteri ESDM: Kalau Minyak Mentah di Bawah 60 Dollar AS

Whats New
IHSG Akhir Pekan Berakhir 'Hijau', Transaksi Capai Rp 14,2 Triliun

IHSG Akhir Pekan Berakhir "Hijau", Transaksi Capai Rp 14,2 Triliun

Whats New
Imbas Boikot, Kapitalisasi Pasar Starbucks Menguap Rp 186,43 Triliun

Imbas Boikot, Kapitalisasi Pasar Starbucks Menguap Rp 186,43 Triliun

Whats New
Pembagian 'Rice Cooker' Gratis Ditargetkan Rampung Januari 2024

Pembagian "Rice Cooker" Gratis Ditargetkan Rampung Januari 2024

Whats New
Menguatkan Pertumbuhan dengan Teknik Penjualan Konsultatif (Bagian IV)

Menguatkan Pertumbuhan dengan Teknik Penjualan Konsultatif (Bagian IV)

Whats New
Pentingnya Lembaga Penjamin Simpanan Koperasi untuk Jaga Hak Anggota

Pentingnya Lembaga Penjamin Simpanan Koperasi untuk Jaga Hak Anggota

Whats New
Tampung Usul Moeldoko, Operator Kereta Cepat Terbuka Bahas Kerja Sama

Tampung Usul Moeldoko, Operator Kereta Cepat Terbuka Bahas Kerja Sama

Whats New
Daya Beli Susut, Ekonomi Jepang Turun 2,9 Persen pada Kuartal III-2023

Daya Beli Susut, Ekonomi Jepang Turun 2,9 Persen pada Kuartal III-2023

Whats New
Di COP28 Dubai, Petrokimia Gresik Paparkan Strategi Tekan Emisi Karbon

Di COP28 Dubai, Petrokimia Gresik Paparkan Strategi Tekan Emisi Karbon

Whats New
Pupuk Indonesia Akan Sempurnakan i-Pubers untuk Distribusi Pupuk Subsidi

Pupuk Indonesia Akan Sempurnakan i-Pubers untuk Distribusi Pupuk Subsidi

Whats New
Gantikan Hendri Mulya Syam, Nugroho Jadi Dirut Telkomsel

Gantikan Hendri Mulya Syam, Nugroho Jadi Dirut Telkomsel

Whats New
TOBA Bidik Ekspansi Bisnis ke Manajemen Pengolahan Limbah Berskala Regional

TOBA Bidik Ekspansi Bisnis ke Manajemen Pengolahan Limbah Berskala Regional

Whats New
Berapa Anggaran untuk Penjaminan Utang Kereta Cepat? Ini Kata Dirut PT PII

Berapa Anggaran untuk Penjaminan Utang Kereta Cepat? Ini Kata Dirut PT PII

Whats New
5 Cara Menggunakan Kartu Kredit dengan Bijak

5 Cara Menggunakan Kartu Kredit dengan Bijak

Spend Smart
PLN Bakal Terapkan Teknologi Penyimpanan Karbon pada 19 PLTU Batu Bara

PLN Bakal Terapkan Teknologi Penyimpanan Karbon pada 19 PLTU Batu Bara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com