Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Kondisi Ekonomi untuk Membuka Peluang Investasi di Indonesia

Kompas.com - 25/01/2022, 14:03 WIB
Andry Asmoro
Penulis:
Andry Asmoro
Kepala Ekonom Bank Mandiri

EKONOMI Indonesia mulai menunjukan pemulihan yang cukup konsisten setelah terkena dampak dari penyebaran meluasnya varian Delta pada Juni 2021.

Kini, daya beli masyarakat mulai tumbuh. Mobilitas masyarakat pun pelan-pelan mulai normal. Tentu saja, kita semua optimistis bahwa kondisi ekonomi pada 2022 akan lebih baik jika dibandingkan 2021.

Terlebih, perbaikan ekonomi juga terlihat dari peningkatan penerimaan negara. Penerimaan pajak meningkat signifikan sebesar 19 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Kemudian, untuk pertama kali dalam 12 tahun terakhir, penerimaan pajak mampu melewati target. Realisasi penerimaan pajak yang mencapai 103,9 persen dari target mencerminkan bahwa kinerja sektor-sektor utama dalam perekonomian mulai pulih.

Berbagai indikator lain juga menunjukkan perbaikan yang signifikan. Pertama, peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mencapai 118 pada akhir 2021.

Data IKK juga mengonfirmasi data Mandiri Spending Index (MSI) yang terus naik hingga awal Januari 2022 sampai dalam posisi yang relatif lebih baik dibandingkan periode Maret-April 2021

Kedua, sisi produksi juga mulai mencatat perkembangan positif. Hal ini tecermin dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang stabil berada pada level ekspansi.

Faktor positif lainnya adalah perkembangan dan pengendalian pandemi Covid-19 yang sudah cukup baik.

Kita telah berhasil melewati fase terberat pandemi, yaitu saat penyebaran varian Delta pada triwulan III 2021. Sayangnya, varian baru Covid-19, yaitu Omicron, mulai meningkat di beberapa negara, termasuk Indonesia.

Tentu saja, hal itu harus disikapi dengan hati-hati. Pelonggaran kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan pemulihan ekonomi yang baru saja berjalan harus tetap disertai dengan penerapan protokol kesehatan yang baik.

Hal positif lainnya adalah tingkat vaksinasi di Indonesia yang cukup tinggi di dunia. Hingga akhir 2021, lebih dari 40 persen populasi Indonesia telah menerima vaksinasi penuh. Tanah Air mampu memenuhi imbauan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Program vaksinasi pun terus dilanjutkan pemetintah pada tahun ini dengan menyediakan booster untuk meningkatkan daya tahan tubuh masyarakat menghadapi ancaman varian Omicron.

Namun, kita masih harus tetap waspada terhadap berbagai tantangan ke depan. Kita tidak hanya menghadapi risiko penyebaran kasus varian baru. Saat ini, kita juga menghadapi risiko dinamika ekonomi global.

Pemulihan ekonomi global yang tidak imbang akan memicu gangguan arus barang dunia atau supply chain disruption. Hal ini dapat menyebabkan kelangkaan pasokan energi di beberapa negara.

Hal itu akan memicu lonjakan harga komoditas dunia dan menyebabkan fenomena inflasi global. Fenomena ini akan direspons oleh normalisasi kebijakan di seluruh dunia, dari yang tadinya longgar menuju ketat demi menjaga kestabilan perekonomian.

Ilustrasi inflasi.SHUTTERSTOCK/SAUKO ANDREI Ilustrasi inflasi.

Cepat atau lambat, peningkatan inflasi global akan berdampak pada tingkat inflasi domestik. Maka dari itu, Pemerintah beserta otoritas kebijakan ekonomi perlu merespons dan meminimalisasi dampak risiko global terhadap pemulihan ekonomi Indonesia.

Dalam tahap itu, saya yakin jajaran otoritas di sektor keuangan akan semakin erat berkoordinasi agar dapat menelurkan kebijakan-kebijakan stimulus yang positif bagi pemulihan ekonomi. Jika hal itu terjadi, stabilitas perekonomian domestik akan terdorong.

Mari meringkas tantangan-tantangan tersebut. Secara umum, tantangan Indonesia pada jangka pendek dan panjang akan berada pada empat poin berikut

  1. Tantangan volatilitas, uncertainties, complexity, dan ambiguity (VUCA), yakni pandemi yang mungkin berubah menjadi endemi, disrupsi digital, dan peningkatan inflasi global.
  2. Pemulihan ekonomi dan respons kebijakan global yang tidak merata serta menciptakan risiko-risiko baru pada negara-negara berkembang dan berpotensi menciptakan spill-over effect.
  3. Perubahan perilaku masyarakat dan kebutuhan akan keahlian baru, termasuk digitalisasi dan automasi yang mendorong pemulihan antarsektor usaha domestik yang berbeda.
  4. Perubahan iklim dan ketaatan berbasis environmental, social and governance (ESG).

Berbagai tantangan tersebut memunculkan energi bagi kita untuk menjaga momentum pertumbuhan dan stabilitas perekonomian domestik.

Saat ini, kita masih diuntungkan oleh lonjakan ekspor akibat kenaikan harga komoditas.

Namun ke depan, ekspor bahan mentah perlu dikurangi agar Indonesia dapat menghasilkan nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi.

Oleh karena itu, beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mendukung pemulihan ekonomi adalah sebagai berikut:

  1. Pembangunan berbagai kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus dengan harapan dapat menjadi sumber pertumbuhan baru, meningkatkan ekspor manufaktur, dan menciptakan nilai tambah bagi perekonomian.
  2. Melanjutkan kebijakan reformasi struktural dengan fokus pada pembangunan ekonomi berbasis ESG dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Saat ini, banyak investor memperhatikan penerapan ESG dalam aktivitas ekonomi. Indonesia patut berkontribusi positif pada upaya pengurangan emisi karbon global secara bertahap dengan melaksanakani kebijakan transisi energi dan mulai beralih pada sumber energi terbarukan. Keberhasilan reformasi struktural ini pada akhirnya akan memperkuat neraca perdagangan dan kinerja neraca pembayaran. Dampaknya, memperkuat stabilitas perekonomian.
  3. Penciptaan ekonomi baru dan konsistensi dalam menjalankan ekonomi hijau akan semakin lengkap jika kita mendorong digitalisasi dan automasi dalam roda perekonomian.

Berbagai strategi tersebut dapat meningkatkan appetite investor asing atau domestik untuk berinvestasi di Indonesia.

Patut dicatat bahwa perekonomian Indonesia tidak dapat bergantung selamanya pada stimulus yang diberikan pemerintah.

Meski demikian, stimulus pemerintah tetap dibutuhkan untuk mendorong investasi yang lebih tinggi ke depan dengan sektor beragam dan tersebar di seluruh Indonesia.

Sementara itu, peranan investasi sangat penting karena berkontribusi sekitar 30 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Sepanjang sembilan bulan pertama pada 2021, tingkat investasi domestik dan asing di Indonesia mencatatkan hasil Rp 327 triliun dan 22,7 miliar dollar AS. Capaian ini tergolong sangat baik karena sudah mencapai 70 persen dari target Rp 900 triliun.

Faktor positifnya adalah realisasi investasi banyak terjadi di luar Pulau Jawa. Hal ini menjadi pencapaian yang sangat baik mengingat pemerataan investasi dapat mendorong pemerataan ekonomi.

Pada 2022, target investasi naik menjadi Rp 1.200 triliun. Tentu saja, target ini membutuhkan strategi penting untuk mendorongnya.

Berbagai strategi dan masukkan yang diutarakan di atas memang dapat mendorong pemulihan ekonomi. Selain itu, perlu langkah dan strategi detail sebagai tambahan untuk mendorong investasi.

Pertama, pemilihan sektor yang memiliki potensi besar agar punya dampak yang lebih besar untuk perekonomian Indonesia.

Berdasarkan hitungan kami, sektor yang memiliki dampak pengganda besar terhadap sektor lainnya dan dapat mendukung peningkatan investasi adalah konstruksi, listrik, gas, dan air minum, serta transportasi dan pergudangan.

Menariknya, sebagian dari sektor-sektor tersebut merupakan perhatian dan fokus pemerintah yang diprioritaskan untuk sisi perbankan, yakni pembangunan listrik, gas, serta air minum.

Sektor-sektor tersebut dapat mendorong investasi masuk bukan hanya di Pulau Jawa, melainkan juga di luar Pulau Jawa.

Di luar sektor konstruksi tersebut, dukungan pemerintah pusat untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif juga memiliki efek pengganda yang besar.

Kedua, peran pemerintah daerah (pemda) menjadi penting sebagai katalis bagi investasi swasta. Pemda dapat mengalokasikan anggaran ke infrastruktur daerah yang besar di samping Dana Alokasi Umum.

Kesamaan visi pembangunan antara pemerintah pusat dan pemda yang baru pun menjadi penting. Koordinasi atau pendampingan dari pemerintah pusat dengan pemda harus terus dijalankan.

Tahun ini, Indonesia akan mengadakan perhelatan besar, yaitu Presidensi G20. Kesempatan ini akan memiliki dampak yang besar bagi peningkatan investasi di Indonesia.

Ajang itu menjadi showcase bagi perkembangan perekonomian nasional dan memperlihatkan kesiapan Indonesia menerima investasi lebih besar lagi. Hal ini tentu saja perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar kita dapat menggeser perekonomian dari yang bergantung kepada stimulus pemerintah menjadi investasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com