Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Dianggap Mata Uang Islam, dari Mana Asal Dinar dan Dirham?

Kompas.com - 26/01/2022, 10:43 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Pernahkah mendengar dinar dan dirham? Sebagian orang mungkin akan mengaitkan dua mata uang berbasiskan logam mulia ini dengan alat tukar yang berlaku di kawasan negara-negara Arab.

Bahkan, dinar dan dirham juga kerapkali diidentikan dengan alat tukar di awal periode perkembangan Islam hingga abad pertengahan. Hal ini mengakibatkan persepsi bahwa dinar dan dirham adalah mata uang Islam.

Namun benarkah dinar dan dirham berasal dari kawasan Timur Tengah?

Dikutip dari laman Britannica, dinar adalah nama satuan moneter yang hingga saat ini masih digunakan di beberapa negara Arab seperti Tunisia, Aljazair, Irak, Yordania, Kuwait, Bahrain, dan Libya.

Baca juga: Mengapa Dinar Kuwait Jadi Mata Uang Paling Mahal di Dunia?

Dinar, bersama dengan dirham, mulai diperkenalkan sebagai mata uang Islam resmi pada akhir abad ke-7 masehi oleh Al Malik, khalifah kelima (685-705) dari Dinasti Umayyah.

Sebelum beredarnya banyak kertas, dinar dan dirham ini digunakan sebagai alat tukar resmi. Nilai mata uang ini tentunya berbasiskan logam mulia, yakni nilai sebenarnya atau setidaknya mendekati dari logam mulia sebagai bahan pembuatnya.

Berdasarkan hukum Syari'ah Islam, dinar adalah uang emas murni yang memiliki berat 1 mitsqal atau setara dengan 1/7 troy ounce yang berpedoman pada Open Mithqal Standard (OMS).

Sedangkan dirham, berdasarkan ketentuan OMS, memiliki kadar perak murni dengan berat 1/10 troy ounce. OMS adalah standar untuk menentukan berat dan ukuran dinar dan dirham modern.

Baca juga: Apa Perbedaan Dinar dan Dirham?

Standar ini juga dikenal sebagai standar Nabawi karena berusaha untuk menduplikasi koin dinar dan dirham yang digunakan di zaman awal perkembangan Islam.

Asal dinar dan dirham

Dinar dan dirham sejatinya berasal dari mata uang yang berlaku di masa Romawi dan Persia. Mata uang dua negara adidaya itu kemudian diadopsi Bangsa Arab.

Dinar berasal dari Bahasa Persia, denarius. Dalam sudut pandang di era perkembangan Islam, dinar juga memiliki makna filosofis, din yang berarti agama dan nar yang memiliki arti neraka.

Setelah digunakan sebagai mata uang resmi Dinasti Umayyah, penggunaan dinar dan dirham diteruskan oleh Dinasti Abbasiyah, dan masih digunakan di era Ottoman. Hal ini yang membuat dua mata uang logam ini identik dengan perkembangan Islam.

Baca juga: Apa Itu Emas UBS?

Irak sendiri menjadi negara Arab modern pertama yang menjadikan dinar sebagai mata uang resminya. Satu dinar Irak dibagi menjadi 20 dirham.

Bank Sentral Irak memiliki otoritas tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan koin di Irak. Uang kertas dikeluarkan dalam denominasi mulai dari 250 hingga 50.000 dinar.

Di era modern, dinar dan dirham tak lagi berstandar logam mulia. Namun dianggap sebagai fiat money alias mata uang keluaran pemerintah yang tidak didukung oleh komoditas fisik, seperti emas atau perak.

Tamasia meluncurkan produk koin emas Dinar Al-Haramain Series.(Dok TAMASIA)KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL Tamasia meluncurkan produk koin emas Dinar Al-Haramain Series.(Dok TAMASIA)

Baca juga: Apa Perbedaan Emas Batangan Antam Vs UBS?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com