Jahja mengatakan, pertumbuhan kredit BCA diikuti dengan perbaikan kualitas pinjaman, sejalan dengan kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal. Rasio loan at risk (LAR) turun ke 14,6 persen di 2021, dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 18,8 persen.
Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) juga terjaga sebesar 2,2 persen didukung oleh kebijakan relaksasi restrukturisasi.
Sementara dari sisi dana pihak ketiga (DPK), perseroan berhasil menghimpun sebesar Rp 975,9 triliun atau tumbuh 16,1 persen. Terdiri dari CASA mencapai Rp 767 triliun atau tumbuh 19,1 persen dan deposito sebesar Rp 208,9 triliun atau tumbuh 6,1 persen.
"Total dana pihak ketiga yang naik turut mendorong total aset BCA menjadi naik 14,2 persen mencapai Rp 1.228,3 triliun," kata Jahja.
Menurutnya, pertumbuhan CASA yang tinggi didorong langkah BCA memperkuat ekspansi ekosistem digital melalui kolaborasi dengan mitra strategis dan melakukan berbagai inovasi layanan digital. Sepanjang 2021, total volume transaksi naik 42 persen, terutama didukung oleh transaksi pada mobile banking yang tumbuh 60 persen.
"Hal itu selaras dengan kenaikan jumlah rekening nasabah BCA sebesar 16 persen mencapai 29 juta di akhir tahun 2021, yang sebagian besar berasal dari layanan pembukaan rekening secara online," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.