JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan laba bersih sebesar Rp 31,4 triliun di sepanjang 2021 atau tumbuh 15,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, kinerja keuangan yang positif tersebut melampaui perkiraan perusahaan yang sejak awal memproyeksi laba di 2021 hanya akan tumbuh di bawah 10 persen.
"Laba bisa tumbuh 15,8 persen itu, jujur saja beyond our expectation (di luar ekspektasi kami). Jujur dari awal tahun 2021 kami perkirakan laba (tumbuh) di bawah 10 persen karena melihat suasana bisnis dan mobilitas masyarakat yang masih berat. Tapi syukurlah bisa mencapai 15,8 persen," ungkapnya dalam konferensi pers, Kamis (27/1/2022).
Baca juga: Waspada Pembobolan Akun Berkedok Bank BCA, Ini Tips Menjaga Keamanan BCA ID
Menurutnya, kinerja itu didorong dengan pertumbuhan kredit yang terjadi hampir di semua segmen. Total kredit BCA mencapai Rp 637 triliun selama 2021, atau tumbuh 8,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kami mengapresiasi upaya pemerintah dan otoritas dalam mengendalikan pandemi serta memberikan paket stimulus, sebagai upaya menuju pemulihan perekonomian nasional. BCA turut mendukung momentum pemulihan dengan menyalurkan kredit ke berbagai sektor," jelas Jahja.
Baca juga: Amankah Penggunaan VPN Untuk Layanan Perbankan Ponsel? Ini Kata Bank BCA
Secara rinci, penyaluran kredit korporasi mencapai Rp 286,5 triliun atau tumbuh 12,3 persen, yang sekaligus menjadi penopang utama pertumbuhan total kredit BCA. Sementara pada kredit kepemilikan rumah (KPR) sebesar Rp 97,5 triliun atau tumbuh 8,2 persen.
Kemudian kredit komersial dan UKM tercatat sebesar Rp 195,8 triliun atau naik 4,8 persen, namun kredit kendaraan bermotor (KKB) tercatat turun 2,4 persen menjadi sebesar Rp 36 triliun.
Lalu untuk saldo outstanding kartu kredit tumbuh 5,2 persen menjadi Rp 11,8 triliun. Total portofolio kredit konsumer tercatat naik 5,1 persen menjadi Rp 148,4 triliun.
Baca juga: Bos BCA soal Bank Digital: Buat Apa Banyak Akun Nasabah tapi Enggak Ada Transaksi
Jahja mengatakan, pertumbuhan kredit BCA diikuti dengan perbaikan kualitas pinjaman, sejalan dengan kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal. Rasio loan at risk (LAR) turun ke 14,6 persen di 2021, dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 18,8 persen.
Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) juga terjaga sebesar 2,2 persen didukung oleh kebijakan relaksasi restrukturisasi.
Sementara dari sisi dana pihak ketiga (DPK), perseroan berhasil menghimpun sebesar Rp 975,9 triliun atau tumbuh 16,1 persen. Terdiri dari CASA mencapai Rp 767 triliun atau tumbuh 19,1 persen dan deposito sebesar Rp 208,9 triliun atau tumbuh 6,1 persen.
"Total dana pihak ketiga yang naik turut mendorong total aset BCA menjadi naik 14,2 persen mencapai Rp 1.228,3 triliun," kata Jahja.
Menurutnya, pertumbuhan CASA yang tinggi didorong langkah BCA memperkuat ekspansi ekosistem digital melalui kolaborasi dengan mitra strategis dan melakukan berbagai inovasi layanan digital. Sepanjang 2021, total volume transaksi naik 42 persen, terutama didukung oleh transaksi pada mobile banking yang tumbuh 60 persen.
"Hal itu selaras dengan kenaikan jumlah rekening nasabah BCA sebesar 16 persen mencapai 29 juta di akhir tahun 2021, yang sebagian besar berasal dari layanan pembukaan rekening secara online," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.