JAKARTA, KOMPAS.com - penyedia energi biomassa di Indonesia, PT Internasional Green Energi (IGE), membuka akses ekspor produk biomassa ke sejumlah negara impor utama seperti Jepang dan Uni Eropa. Hal ini dilakukan setelah perusahaan meraih Green Gold Label (GGL) Certificate.
Sertifikat itu menandakan bahwa produksi cangkang sawit oleh perusahaan dipastikan berasal dari sumber-sumber yang berkelanjutan.
Direktur Utama IGE Dikki Akhmar mengatakan, dikantonginya sertifikat GGL semakin membuka akses perusahaannya untuk melakukan ekspor produk biomassa ke Jepang dan Uni Eropa yang selama ini banyak memberikan persyaratan cukup ketat untuk menerima produk biomassa.
Baca juga: PLTU Batu Bara Disetop, Co-Firing Biomassa dan Teknologi CCS Jadi Pilihan
"Kami sudah memenuhi standar ketentuan internasional mengenai perlunya sertifikasi keberlanjutan terhadap produk-produk yang dijual atau diekspor. IGE artinya sudah kredibel untuk melakukan ekspor ke negara-negara yang mewajibkan sertifikasi keberlanjutan tersebut,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (30/1/2022).
Sertifikat GGL yang diterima IGE diberikan oleh Control Union, badan sertifikasi yang berpusat di Zwolle, Belanda. Standardisasi GGL merupakan salah satu pionir skema sertifikasi berkelanjutan terhadap produk biomassa yang telah diakui dan diterapkan di seluruh dunia.
Sertifikat GGL akan berlaku selama lima tahun sejak diterbitkan dan tiap tahunnya akan dilakukan audit kembali. Proses audit meliputi keterlacakan (tracebility) kebun sawit asal pasokan cangkang, utilitas produsen energi, termasuk data energi dan karbon yang harus disediakan dalam seluruh sistem rantai pasok.
Sementara itu, Direktur IGE Tomoichi Yamaguchi menambahkan, Jepang menjadi salah satu negara yang akan mewajibkan impor produk energinya memiliki sertifikat berkelanjutan pada 2023 mendatang. Selain GGL, ada pula sertifikasi Roundtable of Sustainable Palm Oil (RSPO), dan Roundtable on Sustainable Biomaterials (RSB).
“Pada April 2023, pemerintah Jepang mewajibkan impor energi ke negaranya harus memiliki salah satu sertifikat tersebut. Kami memilih sertifikat GGL karena lebih praktis,” jelas dia.
Jepang, lanjutnya, merupakan negara utama tujuan ekspor cangkang sawit nasional dengan pangsa pasar mencapai 84,5 persen dari total ekspor cangkang sawit Indonesia. Oleh karenanya, pemenuhan standar GGL menjadi hal penting bagi para eksportir biomassa dari Indonesia.
Baca juga: PLN Gandeng PTPN dan Perhutani untuk Pasok Biomassa ke PLTU
"Potensi ekspor tersebut juga masih terbuka besar, mengingat pada 2030 pemerintah Jepang berkomitmen untuk menggunakan 24 persen pemenuhan energinya berasal dari energi baru dan terbarukan termasuk yang berasal dari biomassa," papar Yamaguchi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.