Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manisnya Bisnis Kue Keranjang Legendaris Ny Lauw yang Beromzet Puluhan Juta

Kompas.com - 31/01/2022, 20:05 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Perayaan Imlek atau Sincia (Hokkian) identik dengan kue keranjang. Makanan manis mirip dodol yang dibungkus dengan daun pisang ini selalu laris diburu saat menjelang perayaan tahun baru China.

Di Neglasari, Tangerang, Banten, pembuat kue keranjang legendaris dengan merek yang sangat dikenal masyarakat, “Ny Lauw” hingga kini masih menjalankan usaha turun temurun tersebut. Saat ini bisnis Kue Keranjang dan Dodol Ny Lauw dipegang oleh generasi ketiga.

Baca juga: Kisah Richard Theodore, Sempat Ditipu dan Rugi Ratusan Juta, Kini Punya 80 Outlet Summer Minibar

Berbincang dengan Kompas.com, Senin (31/1/2022), generasi ketiga yang melanjutkan bisnis Kue Keranjang Ny Lauw, Lauw Kim Liong (Umar Sanjaya) dan istrinya Reni mengungkapkan, bisnis turun temurun yang dijalani kini telah mampu memproduksi kue keranjang hinga ber-ton-ton lebih tiap tahunnya.

“Ny Lauw itu dari kakek (Lauw Soen Lim) dilanjutkan ke orang tua saya (Lauw Nyim Keng Dan Siti Lauw) dan sekarang saya generasi ketiga melanjutkan bisnis. Biasanya kita produksi 1 ton lebih untuk perayaan Imlek, tapi karena pandemi agak berkurang sedikit,” kata Reni.

Saat banyak usaha mulai bangkit lagi dari keterpurukan akibat Covid-19 selama dua tahun, munculnya kasus Omicron menjadi kekhawatiran tersendiri pelaku bisnis. Bagaimana tidak, di tengah berjalannya pemulihan ekonomi, tiba-tiba saja kasus Omicron muncul, dan jumlah kasusnya terus bergerak naik.

Baca juga: Mau Bikin Hobi Kamu Jadi Bisnis yang Menguntungkan? Simak 3 Tips Ini

Reni bilang, produksi kue keranjang saat ini belum pulih seperti saat sebelum pandemi Covid-19. Bahkan omzet yang diperoleh mengalami penurunan sekitar 25 persen. Walau demikian, Reni mengungkapkan tetap mempekerjakan sekitar lebih kurang 200 karyawannya, hanya saja bayarannya disesuaikan dengan pemasukan saat ini.

“Omzet kita lebih dari Rp 50 juta, namun dengan kodisi pandemi Covid-19, mengalami turun 25 persen dibanding sebelum pandemi Covid-19. Untuk karyawan, mereka udah paham karena penjualan kita juga turun, mereka tidak memaksakan untuk mendapat penghasilan seperti saat sebelum pandemi,’’ jelas dia.

Reni bilang, sebelum pandemi tokonya bisa beroperasi sampai malam, namun saat ini hanya beroperasi hingga pukul 6 sore. Hal ini juga sudah dipahami oleh para karyawan yang bekerja pada Reni, bahwa saat ini order memang sedang sepi.

Menurutnya, di masa pandemi ini, para langganan yang biasanya memesan cukup banyak untuk dibawa pulang kampung, ataupun para bos-bos yang ingin memberikan kepada karyawan, kolega, dan rekan bisnisnya mengalami penurunan permintaan.

“Dulu 1 perusahaan memesan 1 ton, atau bahkan ada yang 200 sampai 300 kilogram. Mereka memang tetap pesan saat ini, tapi jumlahnya turun, dari yang biasa 200 kilogram, menjadi 75 kilogram, ada yang 100 kilogram,” ujar dia.

Dalam proses penjualan kue keranjang, Reni juga menjualnya di online shop dengan system pre-order. Namun, memang kue keranjang bukan makanan instan yang proses pembuatannya cepat.

Kue keranjang butuh waktu 12 jam dalam pembuatannya, sementara untuk dodol butuh waktu 5-6 jam. Maka dari itu, orang yang ingin memesan kue keranjang, harus memesan satu bulan hingga dua bulan sebelumnya.

Seiring dengan perubahan zaman, bisnis Kue Keranjang Ny Lauw juga ternyata semakin banyak ditiru, dan terkadang masyarakat suka terkecoh membedakannya. Maka dari itu, Reni melakukan rebranding pada mereknya dengan menambahkan angka 55 setelah merek ‘Ny Lauw’ serta tulisan ‘Since 1962’.

“Kita tambahkan itu, supaya pembeli kita tidak keliru,” ungkap dia.

Kue Kranjang Ny Lauw dibandrol seharga Rp 40.000 sampai dengan Rp 50.000 per box, dimana satu box berisi dua kue keranjang ukuran sedang. Hingga saat ini konsumen Kue Keranjang Ny Lauw tersebar di berbagai penjuru nusantara, seperti di Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Madiun, bahkan konsumen Kue Keranjang Ny Lauw sampai ke luar negeri, yakni Australia.

“Harapannya pandemi ini bisa cepat berlalu, dengan berlalunya pandemi ekonomi kita bisa bangkit dan otomatis penjualan kami akan bertambah, semoga di tahun yang baru ini bisnis akan terus bertahan, dan diberi kesehatan,” tegas Reni.

Baca juga: Cerita soal Bisnis Bandeng Juwana Elrina Semarang yang Legendaris

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com