Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pecah Rekor, Utang Amerika Serikat Tembus Rp 432.000 Triliun

Kompas.com - 02/02/2022, 10:32 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNN

JAKARTA, KOMPAS.com - Utang nasional Amerika Serikat (AS) terus melesat. Tingginya kebutuhan pembiayaan untuk program penanganan Covid-19 menjadi salah satu penyebab utang Negeri Paman Sam terus tumbuh secara cepat.

Dilansir dari CNN, Selasa (2/2/2022), data terakhir Departemen Keuangan AS mencatatkan utang publik yang beredar telah menembus 30 triliun dollar AS atau setara sekitar Rp 432.000 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per dollar AS).

Semenjak pandemi merebak, pemerintah AS gencar melakukan penarikan pinjaman, guna meredam dampak pandemi terhadap perekonomian. Tercatat sejak 2019 utang nasional AS telah tumbuh sebesar 7 triliun dollar AS.

Baca juga: Harga Emas Antam Naik Rp 1.000 Per Gram, Simak Rinciannya

Para ekonom memiliki pandangan yang berbeda tentang seberapa bahaya kondisi utang tersebut. Namun, mereka menilai tonggak utang terbaru datang pada saat yang sulit karena biaya pinjaman diperkirakan akan meningkat.

Setelah beberapa tahun terakhir suku bunga acuan berada di level yang rendah, bank sentral AS, The Federal Reserve, berencana untuk melakukan serangkaian kenaikkan suku bunga, guna merespons inflasi di Negeri Paman Sam.

“Ini tidak berarti krisis jangka pendek, tetapi hal itu dapat membuat kita akan menjadi lebih miskin dalam jangka panjang," kata Kepala Strategi Global JPMorgan Asset Management, David Kelly, dikutip Selasa.

Baca juga: Benarkah Ada Permainan Mafia Kartel Minyak Goreng? Ini Kata Pemerintah

Berdasarkan data Peter G. Peterson Foundation, biaya utang diproyeksi terus meningkat, menembus 5 triliun dollar AS dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, bahkan mencapai setengah dari pendapatan pemerintah federal AS pada 2051.

Pemerintah AS saat ini berutang hampir 8 triliun dollar AS triliun kepada investor asing dan internasional, paling besar dari Jepang dan Cina.

“Itu berarti pembayar pajak Amerika akan membayar pensiun orang-orang di China dan Jepang, yang merupakan kreditur kami," kata Kelly.

Baca juga: Mengapa Perusahaan Malaysia Menguasai Banyak Kebun Sawit di Indonesia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com