Sementara itu, Corporate PR & Reputation Management PT Lippo Malls Indonesia Nidia N. Ichsan mengakui sebelum pandemi muncul, tenant-tenant di mal tersebut sudah ada yang tutup lantaran adanya rencana Lippo Malls untuk melakukan renovasi. Munculnya pandemi pun mengakibatkan jumlah tenant yang menutup bisnisnya semakin banyak.
"Jadi memang sebelum pandemi, sudah ada beberapa tenant yang tutup ditambah pandemi jumlahnya pun meningkat. Jadi yang perlu diketahui penutupan tenant bukan seolah-olah karena pandemi saja, tapi sebelum pandemi pun memang sudah ada yang tutup," ujar dia.
"Perlu diketahui juga kami memang ada rencana untuk merenovasi dan melakukan reconcept yang tentunya akan berdampak kepada perubahan tenant mix dan juga memperluas market yang sudah ada saat ini, dimana target market pusat belanja saat ini juga mengalami perubahan yang sangat dinamis," sambung Nidia.
Nidia menjelaskan untuk merenovasi mal tersebut pihaknya pun telah melakukan lease back atau mengambil alih sewa lebih dari 300 tenant yang menyewa jangka panjang (long lease). Hingga saat ini proses lease back sebanyak 80 persen telah selesai dilakukan.
Dia menilai, lease back penting dilakukan agar pihaknya bisa melakukan reconcept dan juga menerovasi mal Plaza Semanggi menjadi pusat perbelanjaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
Baca juga: Tes Acak Covid-19 Bakal Dilakukan di Sejumlah Titik Menuju Lokasi Wisata dan Mal
"Ada beberapa yang kami ubah desainnya, dengan menyedikan lebih banyak konsep outdoor-nya. Selain itu lease back juga kami lakukan selain untuk membantu para long leas tenant yang kebanyakan adalah UMKM yang sudah tidak mampu lagi melanjutkan bisnis, juga sebagai langkah The Plaza Semanggi dalam memperbaharui tenant mix yang ada saat ini," papar Nidia.
Nidia menambahkan, renovasi mal direncanakan dimulai paling cepat dalam tahun ini dan rencana akan selesai pada tahun 2024.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, adanya pusat perbelanjaan saat ini yang mengalami sepi pengunjung disebabkan oleh beberapa faktor utama bukan hanya sekadar faktor pandemi.
Menurutnya, pandemi hanyalah faktor pemicu ataupun faktor pendorong yang membuat suatu pusat perbelanjaan mengalami sepi pengunjung.
"Faktor utama sebenarnya yang terjadi sejak sebelum pandemi adalah bahwa fungsi pusat perbelanjaan bukan lagi hanya fungsi sekadar tempat belanja. Pusat perbelanjaan yang masih mempertahankan fungsinya hanya sebagai tempat belanja maka akan berhadapan langsung dengan e-commerce," ujar Alphonzus.
Keadaan tersebut lah menurut Alphonzus yang membuat keadaan menjadi semakin berat ketika berada dalam kondisi pandemi akibat beberapa faktor seperti Work Form Home (WFH) hingga pembelajaran jarak jauh.
"Efeknya adalah daya beli kelas menengah bawa yang masih belum pulih, masih diberlakukannya berbagai pembatasan dan lain sebagainya," kata Alphonzus.
Baca juga: Kemendag Sebut Ada 22.000 Orang Terinfeksi Covid-19 Berusaha Masuk Mal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.