Dia lebih memilih menggunakan minyak goreng stok lama untuk kebutuhan sehari-seharinya saja, karena terlanjur pesimis tidak ada pembeli yang membeli minyak dari warungnya.
Sementara itu, bila minyak goreng tersebut dijual dengan harga murah mengikuti ketentuan pemerintah, maka Mirna bakal rugi.
"Dulu saya jual Rp 24.000 per liter waktu lagi mahal-mahalnya, itu yang beli sedikit. Terus pas harga turun otomatis orang pada lari ke Alfamart atau Indomaret kan. Mana mau ke warung kelontong. Ya saya malas lagi aja jual, saya simpan untuk pribadi saja," kata Mirna.
Mirna menambahkan dirinya belum tahu entah sampai kapan akan kembali menjual minyak goreng di warungnya.
Baca juga: Program Minyak Goreng Murah Sudah Didistribusikan, tapi Kenapa Masih Mahal?
Sebelumnya, pemerintah menetapkan minyak goreng satu harga Rp 14.000 per liter pada 19 Januari 2022. Kebijakan itu diambil menyusul tingginya harga minyak goreng di pasaran.
Sementara itu pada 1 Februari 2022, pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) baru minyak goreng. Lewat HET baru, harusnya harga minyak goreng kembali turun.
Sebab HET minyak goreng curah ditetapkan Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter.
Namun setelah kebijakan itu, masyakat banyak masyarakat justru mengeluhkan kesulitan mendapatkan minyak goreng. Sejumlah toko ritel modern mengaku kehabisan stok minyak goreng. Sementara harga minyak goreng di pasar tradisonal belum mengikuti HET kerena alasan stok lama.
Baca juga: Saat Cari Minyak Goreng Saja Susah...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.