Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkeu Yakin Investor Masih Tertarik dengan Surat Utang Pemerintah

Kompas.com - 10/02/2022, 16:00 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meyakini obligasi pemerintah (surat utang) yang menjadi instrumen penarikan utang untuk membiayai defisit fiskal masih menarik di mata investor pada tahun ini.

Kemenkeu mengatakan imbal hasil yang ditawarkan Surat Utang Negara (SUN) maupun Surat Berharga Negara (SBN) tetap menarik, meski terdapat risiko arus modal keluar (capital outflow) akibat normalisasi kebijakan moneter bank sentral AS, The Fed.

"Harapan kita untuk bonds (obligasi) masih cukup menarik untuk Indonesia. Tapi kita harus tetap antisipasi," kata Kepala BKF Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu, Kamis (10/2/2022).

Baca juga: Bisnis Internasional BNI Tumbuh Positif Pada 2021, Ditopang Transaksi Perdagangan dan Remitansi

Febrio menuturkan proyeksinya terhadap obligasi pemerintah masih cukup bagus karena arus modal keluar sudah banyak terkompensasi di tahun 2020 dan tahun 2021.

Pada tahun 2020, penyebab dominasi arus modal keluar karena adanya ketidakpastian yang cukup tinggi. Sementara di tahun 2021, arus modal keluar lebih banyak disebabkan oleh sentimen investor terhadap isu tapering The Fed.

Hal ini membuat kepemilikan asing terhadap obligasi negara mengerucut menjadi 20 persen. Namun di tahun 2022, sentimen investor terhadap hal itu sudah lebih baik dibanding dua tahun sebelumnya.

"Jadi memang kalau capital outflow sudah terjadi di 2020. Tapi untuk ke depan tampaknya ditopang sentimen dan kenaikan suku bunga sudah banyak ter-price in. Jadi saya mungkin melihatnya sedikit lebih optimistis," ucap Febrio.

Baca juga: Tiga Peran Penting Rumah Tangga Pemerintah dalam Kegiatan Ekonomi

Faktor serupa juga terjadi di pasar saham. Kata Febrio, pasar saham RI memiliki keunggulan tersendiri karena pertumbuhan ekonomi negara sudah berada pada level pra-pandemi Covid-19. Meski di satu sisi, pasar saham turut dipengaruhi oleh pergerakan saham secara global.

"Tapi Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi positif dan stabil, ini jadi narasi tersendiri. Kita lihat pertumbuhan ekonomi dicerminkan oleh pertumbuhan aktivitas ekonomi oleh korporasi terutama perusahaan yang listed di bursa saham," beber Febrio.

Febrio berujar, performa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai pulih sejak tahun 2021. Hal tersebut terlihat dari laporan keuangan perseroan yang mencatat hasil positif, baik dari sektor jasa keuangan, sektor konsumer, maupun sektor lainnya.

Dia berharap cerita pertumbuhan perseroan itu berlanjut di tahun 2022. Musababnya, pembuat kebijakan akan terus mengendalikan pandemi Covid-19 dan meminta warga bekerja sama menerapkan protokol kesehatan.

"Pertumbuhan ekonomi diharapkan sudah bisa di atas 5 persen sehingga aliran modal ke saham cukup kuat untuk tahun 2022. Dan sudah kita lihat dalam satu bulan terakhir aliran cukup kuat walaupun sentimen dari global masih cukup volatile. Ini yang memang akan kita pantau ke depan," tandas Febrio.

Baca juga: Pemerintah Akui Tarif PPN Naik 11 Persen Per April Bisa Kerek Inflasi, tapi Terbatas...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com