Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membandingkan Harga Pertamax Pertamina Vs SPBU Asing

Kompas.com - 11/02/2022, 17:31 WIB
Muhammad Idris

Penulis

"Kami tahun lalu itu tekor, jual rugi karena enggak naikkan (harga BBM), tapi kami lakukan cost optimization. Itu jadi satu hal blessing karena kami bisa lakukan penghematan, optimasi biaya," kata Ahok.

Baca juga: Janji Baru Pemerintah: Pasokan Minyak Goreng Lancar dalam Seminggu ke Depan

Bahkan kata Ahok, Pertamina bisa meraup keuntungan 5 milliar dollar AS jika pemerintah bisa mengubah skema pemberian subsidi BBM maupun elpiji, dari yang semula terbuka berbasis komoditas menjadi subsidi langsung kepada orang yang berhak menerima.

Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, bila harga BBM bisa dilepas sesuai harga pasar mengikuti pergerakan harga minyak mentah dunia dan pemberian subsidi menjadi tepat sasaran langsung ke orang yang berhak, maka akan sangat mempengaruhi kinerja penjualan dan keuntungan Pertamina.

"Mungkin untungnya bisa 4-5 miliar dollar AS buat Pertamina itu harusnya bisa. Harapan saya pemerintah mulai membuat subsidi ke orang langsung, bukan dibarangnya, itu harapan saya," kata Ahok.

Harga minyak mentah dunia memang terus meningkat. Pada perdagangan terbaru, harga minyak mentah berjangka Brent mencapai 91,55 dollar AS per barel, sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS mencapai 89,66 dollar AS per barrel.

Baca juga: Produsen Minyak Goreng Mengaku Dibuat Bingung Aturan Pemerintah

Nilai minyak dunia tersebut sudah jauh lebih tinggi dibandingkan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 yang sebesar 63 dollar AS per barrel.

Kenaikan diklaim wajar

Dilansir dari Antara, pembalap nasional Tomi Hadi menilai wajar jika Pertamina menaikkan harga BBM jenis Pertamax karena BBM RON 92 tersebut hingga saat ini masih bertahan dengan harga sekitar dua tahun lalu.

"Sudah lama sekali Pertamax tidak naik. Jadi wajar kalau nanti Pertamina akan menyesuaikan harganya. Yang pasti, kalau pun disesuaikan, saya tidak akan pindah ke BBM lain," ujar Tomi.

Pembalap andalan Gazpoll Racing Team itu menyatakan disandingkan dengan BBM beroktan lebih rendah, meski BBM RON 92 tersebut dijual lebih tinggi, tetapi sangat andal dalam merawat mesin.

Baca juga: Produsen Minyak Goreng Mengaku Dibuat Bingung Aturan Pemerintah

"Jadi harga memang sebanding dengan kualitas. Kalau BBM RON rendah, bisa jadi berpengaruh kurang baik ke mesin. Biaya maintanance juga jadi lebih mahal. Makanya kalau dihitung-hitung, dengan keunggulannya itu Pertamax sebenarnya memang cukup murah," kata dia.

Tomi merasakan keunggulan BBM RON tinggi tersebut, tidak hanya terhadap performa mesin, tetapi juga karena memiliki emisi rendah yang ramah lingkungan.

"Dari segi kualitas memang bagus. Juga ramah lingkungan untuk masa depan kita yang lebih hijau," tambahnya dalam keterangannya.

Menurut Tomi, yang pada November lalu mencetak sejarah sebagai pembalap pertama yang mencoba Sirkuit Mandalika, dirinya sudah lama memakai Pertamax, selain untuk mobil balapnya juga untuk mobil klasiknya.

"Dan terbukti, bisa merawat mobil klasik saya yang punya mesin kuat. Biaya maintanance jadi tidak mahal. Dari kualitas oktan juga bagus, pembakaran jadi bagus, mesin lebih awet, dan tarikan jadi ringan. Selain itu, BBM ini juga ada di mana-mana," ujarnya.

Baca juga: Ahok: Pertamina Masih Bisa Untung Lebih dari 1 Miliar Dollar AS meski Harga BBM Tidak Naik

(Penulis: Yohana Artha Uly, Dina Karina, Risbiani Fardaniah | Editor: Yoga Sukmana, Subagyo, Desy Afrianti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com