Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute

Pendiri dan Direktur The National Maritime Institute (Namarin), sebuah lembaga pengkajian kemaritiman independen. Acap menulis di media seputar isu pelabuhan, pelayaran, kepelautan, keamanan maritim dan sejenisnya.

Tanjung Pinggir dan Tanjung Priok, Layak Dibandingkan?

Kompas.com - 13/02/2022, 09:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Gagasan pembangunan Tanjung Pinggir terkesan seperti petir yang menyambar di siang bolong.

Pasalnya, ia tidak tercantum dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 432 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional.

Karena sudah berselang sekitar enam tahun bisa jadi RIPN-nya sudah diperbaharui dengan memasukkan Tanjung Pinggir dalam rencana pengembangan. Entahlah, saya terus terang tidak tahu.

Itu baru aspek yang terhitung gampil, sederhana. Ada beberapa hal lain yang bisa disajikan sebagai catatan dari pengembangan Tanjung Pinggir yang dilontarkan pemerintah.

Untuk diketahui, di Batam saat ini sudah beroperasi beberapa pelabuhan atau terminal seperti Batu Ampar, Sekupang, Nongsa Pura, Batam Center, Kabil dan Telaga Punggur.

Dengan layanan yang relatif sama di antara mereka (seperti penumpang, kargo: peti kemas, CPO, dll).

Pembangunan Pelabuhan Tanjung Pinggir yang secara geografis cukup berdekatan antara satu dengan lainnya – Tanjung Pinggir berdekatan dengan Pelabuhan Sekupang – jelas akan menggerus bisnis yang sudah terbangun dan berjalan di pelabuhan yang telah ada terlebih dulu.

Atau, bisa saja ada pelabuhan eksisting yang bakal tutup sama sekali.

Perlu diketahui, operator pelabuhan-pelabuhan yang ada di seantero Batam merupakan bagian dari BP Batam.

Sehingga, jika ada keputusan untuk menutup satu-dua pelabuhan tertentu agar pelabuhan baru yang tengah direncanakan dapat leluasa berkiprah nantinya, pastinya akan lebih mudah diambil.

Lalu dari aspek teknis kepelabuhanan, Tanjung Pinggir sebenarnya jauh dari layak untuk dikembangkan sebagai international transshipment hub seperti yang dicanangkan oleh para pejabat.

Soalnya, untuk melayani peti kemas sebanyak 18 juta TEU (angka ini saya kutip dari pernyataan pejabat kunci BP Batam, Muhammad Rudi, di media dan dikatakan olehnya merupakan peti kemas Indonesia yang dilayani di pelabuhan Singapura) setidaknya dibutuhkan luas perairan yang cukup signifikan agar pergerakan kapal menjadi leluasa.

Di sini kita bicara dimensi, paling tidak, antara 7-10 km panjang garis pantai.

Aspek teknis lainnya, kondisi fisik Tanjung Pinggir hampir dapat dipastikan tidak akan mampu menopang statusnya sebagai hub internasional.

Ini terkait dengan kondisi pantainya. Perkiraan saya, panjang garis pantai Tanjung Pinggir paling banter sekitar 1 hingga 1,5 km.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com