KOMPAS.com - OPEC adalah singkatan dari Organization of the Petroleum Exporting Countries, atau Organisasi Negara-negara Pengekskor Minyak. OPEC berdiri di Irak pada 14 September 1961.
Pendirian organisasi OPEC adalah atas dasar kesamaan memiliki sumber daya alam berupa minyak bumi. Oleh karenanya, OPEC berisikan negara-negara pengekspor minyak bumi.
Anggota OPEC memiliki kesamaan tujuan yaitu menentukan kebijakan harga dan jumlah produksi minyak bumi di pasar internasional secara kolektif.
Indonesia bergabung menjadi anggota OPEC sejak 1962 di mana saat itu Indonesia memiliki surplus minyak yang cukup besar.
Baca juga: OPEC: Sejarah Pendirian, Tujuan, dan Syarat Keanggotaan
Dilansir dari buku 2020 Indonesia dalam Bencana Krisis Minyak Nasional oleh Pria Indirasardjana, pada 1965 produksi minyak Indonesia mencapai 486.000 barel per hari sedangkan konsumsinya hanya 25 persen.
Dari selisih yang sangat besar tersebut, pada masa itu Indonesia menjadi negara pengekspor minyak di pasar internasional. Bahkan angka produksi minyak terus naik dan mencapai puncaknya pada 1977 sekitar 1,6 juta barel per hari.
Saat itu hanya sebagian kecil negara yang mengekspor minyak ke negara lain. Oleh karenanya, Indonesia menjadi anggota awal yang bergabung dengan OPEC lebih dulu dari negara produsen minyak lainnya.
Negara seperti Uni Emirat Arab baru bergabung dengan OPEC tahun 1973, diikuti dengan Aljazair ada 1969, Nigeria 1971, dan Ekuador 1973.
Baca juga: Mengenal Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO dan Tujuan Berdirinya
Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya negara di Asia Timur yang menjadi anggota OPEC. Lantas, alasan mengapa Indonesia keluar dari keanggotaan OPEC adalah?
Hingga saat ini Indonesia sudah dua kali membekukan keanggotaannya dari organisasi pengekspor minyak ini, yaitu pada tahun 2008 dan 2016. Mengapa Indonesia keluar dari keanggotaan OPEC sampai dua kali?
Setelah mencapai puncak kejayaan pengekspor minyak, Indonesia akhirnya tidak lagi menjadi negara pengekspor minyak. Pada 2008 Indonesia memutuskan untuk dengan sukarela keluar dari keanggotaan OPEC.
Saat pemerintahan Presiden Soeharto, minyak menjadi sumber energi utama yang digunakan masyarakat Indonesia. Selain itu, minyak juga menjadi sumber dana bagi program ekonomi dan politik.
Pemanfaatan minyak bumi yang besar-besaran tersebut lambat laun mengurangi produksi minyak Indonesia. Ditambah kegiatan eksplorasi sumber minyak baru menjadi jarang dilakukan.
Di sisi lain kebutuhan konsumsi dalam negeri akan minyak terus meningkat sehingga membuat produksi minyak tidak ada yang surplus untuk diekspor.
Baca juga: Sejarah Lima Negara Pendiri ASEAN