Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Impor Farmasi Turun 500,7 Juta Dollar AS, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 15/02/2022, 15:10 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor sepanjang Januari 2022 mencapai 18,23 miliar dollar AS. Nilai impor ini meningkat 36,77 persen secara tahunan (year on year/yoy) namun turun 14,62 persen secara bulanan (month to month/mtm).

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, impor menurun di semua komponen berdasarkan penggunaan barang, baik barang konsumsi, barang modal, dan bahan baku penolong.

BPS mengatakan salah satu komoditas yang mencatat penurunan impor terbesar adalah impor vaksin, yang masuk dalam produk farmasi.

Baca juga: Upah Buruh Tani Januari Naik 0,72 Persen, Tak Diikuti Upah Riil Buruh Bangunan

"Secara bulanan, seluruh impor menurut penggunaan barang menurun, penurunan terbesar di barang konsumsi turun 36,60 persen. Kalau kita lihat komoditasnya adalah vaksin menurun yang tertinggi," kata Setianto dalam konferensi pers, Selasa (15/2/2022).

Tak heran, produk farmasi menjadi komoditas impor berdasarkan golongan HS 2 digit yang menyusut paling besar. BPS melaporkan, impor produk farmasi turun 500,7 juta dollar AS.

Selain produk farmasi, komoditas lain seperti mesin dan peralatan mekanis turun 478 juta dollar AS dan bahan bakar mineral susut 341,3 juta dollar AS. Penyusutan juga terjadi untuk komoditas logam mulia dan perhiasan, serta ampas dan sisa industri makanan.

"Impor yang mengalami penurunan terbesar dari komoditas non migas adalah produk farmasi, utamanya impor yang berasal dari AS, Spanyol, dan Belgia," ucap Setianto.

Kendati demikian, ada beberapa komoditas yang mengalami peningkatan impor. Berdasar golongan HS 2 digit secara bulanan (mtm), komoditas serelia (HS 10) meningkat 130,3 juta dollar AS, gula dan kembang gula (HS 17) naik 96,1 juta dollar AS, serta biji dan buah yang mengandung minyak (HS 12) melonjak 66,6 juta dollar AS.

Baca juga: Resign, Cacat Total, dan Meninggal Dunia, Tidak Masuk Kriteria Penerima JKP

Lalu, ada besi dan baja (HS 72), serta kendaraan bermotor dan komponennya (HS 98) yang bertambah masing-masing sebesar 58 juta dollar AS dan 53,5 juta dollar AS.

Impor bahan baku dan penolong memberi porsi terbesar 75,97 persen dari total impor di Januari 2022. Kemudian diikuti oleh barang modal dengan porsi 15,37 persen, dan barang konsumsi sebesar 8,66 persen.

"Jadi impor kita utamanya masih banyak untuk bahan baku bahan penolong dan lain-lain. Tentu ini baik untuk kinerja sektor industri kita," jelas Setianto.

Dilihat berdasarkan negara asal, penurunan impor terbesar terjadi dengan Australia yang susut 417,2 juta dollar AS. Penurunan terbesar dari komoditas asal Australia adalah komiditas bahan bakar mineral, binatang hidup, serta bijih logam, terak, dan abu.

Kinerja impor Indonesia juga menurun dengan China sebesar 384,2 juta dollar AS, dengan AS menurun 340,9 juta dollar AS, begitu pula dengan Singapura dan Spanyol, masing-masing 143,4 juta dollar AS dan 126,3 juta dollar AS.

"Tapi pangsa komoditas impor Indonesia yang terbesar tetap berasal dari China. Pangsanya 36,5 persen atau 5,35 miliar dollar AS. Diikuti Jepang 8,67 persen atau 1,39 miliar dollar AS, dan Thailand dengan pangsa sebesar 5,84 persen dengan nilai 0,93 miliar dollar AS," tandas Setianto.

Baca juga: Ekspor Indonesia Anjlok, Defisit Perdagangan dengan China Capai 2,23 Miliar Dollar AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com